DILEMA DI ANTARA DUA HATI
pikirannya terus melayang pada pertemuannya dengan Arman. Senyumnya, tatapannya, dan semua kenangan mani
sarapan. Rian yang sibuk memeriksa ponseln
adar kesukaanmu," Rian berkata, memperha
kehilangan fokus," jawab
nggumu?" Rian menanyaka
kiran," Maya berkata sambi
ya tidak kunjung datang. Pikirannya terus menerawang ke kenangan bersama Arman-tawa me
a mengalihkan perhatian. Dengan ragu, ia
n bertemu dan berbicara. R
a mereka. Di satu sisi, ia merasa senang, tetapi di sisi lain, rasa bersalah me
ya membalas, setengah r
yi lagi. "Bagaimana kalau kita bertem
. Ia tidak bisa menolak kesempatan ini-bukan hanya untuk melihat Arman,
api hatinya terus berdebar-debar. Ketika jam menunjukkan pukul 3, ia
irinya di cermin, berusaha menenangkan pikiran yang liar. "Ini hanya pertemuan antara teman
iliar dan melihat Arman duduk di sudut, menunggu. Ia
lihatmu lagi," kata Arman, bangk
r melalui pelukan itu. "Aku juga senan
, suasana mulai hangat. Arman mengisahkan perjalanan hidupnya selama di luar ne
man memulai, menatap Maya dengan serius
menganggapnya secara mendalam. "Aku... merasa baik. R
ang lebih?" tanya Arman, menunggu
aat mereka bersama. "Kadang-kadang, ya. Tetapi ak
selalu percaya bahwa kita tidak boleh menyesali apa yang kita inginka
dalam dirinya. "Aku tida
-momen kecil dari masa lalu, seperti saat mereka berjalan-jalan di tepi pantai a
itu. Kau sangat bersemangat!" Arman
k di luar!" Maya menjawab, m
da di antara mereka. Namun, di sisi lain, ada Rian yang menunggu pulang. Ia merasa terjepit di
ya. Aku hanya ingin kau tahu, aku selalu
"Aku juga, Arman. Tapi aku har
ru saja dibuka. Dan saat ia berjalan menuju mobilnya, ia men
kenangan-kenangan indah yang kembali menghampirinya. Setiap lampu lalu lintas yang ia lewati m
ng tamu dengan senyum lebar. "Maya, kau sudah pulang!
dadanya. "Baik, hanya ngobrol tentang kabar mas
n malam. Mari kita makan!" Rian berkata,
rcakapan mereka, tetapi pikirannya kembali melayang pada
dari lamunannya. "Kau mendengarkan? Aku
sedikit kelelahan," jawa
erbagi lebih banyak cerita. Kita sudah jarang
aha," janji Maya, tetapi dalam hatinya, ia tahu b
anjang, menggenggam ponselnya, merenungkan pesan-pesan dari Arman yang m
m kesunyian itu, ia merasa sangat kesepian. Kenangan masa lalu yang penuh ci
rman. *"Aku ingin kita bisa berbic
a mulai mengetik balasan. *"Aku juga merin
sannya. Tetapi keinginan untuk menjalin kembali hubungan yang sempat terputus
elanda Maya. Ia tahu bahwa lang
terus berputar mengenai pesan yang telah ia kirimkan. Ia berusaha menenangkan diri, berfokus pada t
rekan kerjanya, ponselnya berbunyi. Hatinya be
u lagi besok? Aku rindu berb
g. Ia ingin mengiyakan, tetapi rasa
l napas dalam-dalam dan menjawab. "B
Jam 4?" ba
ri. "Ini hanya pertemuan antara teman," ia meyakinkan diri. Namun, di d
jaknya menonton film di ruang tamu, tetapi perhatian Maya terpecah. Ia berus
idak fokus?" Rian bert
m. "Hanya ban
. Aku merasa kita mulai kehilangan koneksi,"
n. Aku berjanji," jawabnya, tetapi saat ia mengucapkanny
rjadi. Kenangan masa lalu kembali menghantuinya, seakan mengingatkan betapa hidupnya bi
upnya selamanya. Dalam kegelapan malam, ia menyadari bahwa dilema di an
ambu