BAYANG-BAYANG CINTA TERLARANG
amun nyaman. Lila tengah menyiapkan sarapan untuk suaminya, Rendy, dan putri kecil mereka
panggil Lila sambil tersenyum lembut ke arah N
erlari menghampiri meja makan. "Mama, hari ini Naya
enuh kasih. "Tentu, Sayang. Bekalmu sudah sia
a melirik sekilas ke arah Naya dan Lila, lalu duduk di meja makan. Senyum tipis mengh
engan hangat sambil menu
ar datar. "Pagi. Maaf, aku harus cepat-ce
i ia mencoba mendekat, Rendy tampak semakin jauh. Namun, Lila masih menepis kekhawatiran itu. Bagaima
at," kata Lila, berusaha untuk tetap ceria. Namun, di dalam
itnya dengan tergesa-gesa. "Aku sudah kenyang, mungki
res. Tapi sebelum ia bisa mengatakan apa-apa, Rendy sudah
rut, ada urusan kantor," ucap Rendy sin
nyum. "Baik, Mas.
k beres, dan dia tahu itu. Tapi dia tak ingin berpikir buruk. Selalu ada
nya. "Mama, kenapa Papa sering pulang malam s
mengelus kepala Naya sambil tersenyum, meski perasaannya tidak sepenuhnya te
pa," ucap Naya pel
nenangkan hati anaknya sekaligus d
engan karier cemerlang, dan Lila, seorang istri dan ibu yang setia, menjalani hari-hari dengan
p bingkai foto pernikahan mereka di atas meja. Wajah mereka dalam foto itu tersenyum lebar, be
bicara pada dirinya sendiri. Tapi ia tak tahu
k baik-baik saja di permukaan, Lila mulai m
ju dapur, merapikan sisa-sisa sarapan yang belum sempat dibereskan. Tangannya sibuk, tapi
ernah mengira hubungan mereka akan sampai pada titik ini. Dulu, semuanya terasa
a mereka, jarak yang semakin memb
mecah keheningan. Lila seg
ar tenang, meski hatinya
u, Dita," terdengar suara cer
aja, kok," jawab Lila sambil b
ar berbeda," tanya Dita
adalah sahabatnya sejak lama, orang yang selalu ada untuknya. Namun, a
apek," jawab Lila akhirnya, berusaha menutupi r
arakan, kamu tahu aku selalu ada buat k
a melihatnya. "Iya, terima kasih,
ggak ketemu. Aku juga kangen sama Naya, nih!" Dita berk
aktu untuk bersantai sejenak dengan Dita. "Iya,
avoritku, ya," Dita tertawa kecil, dan Lila ikut tertawa
la, menyaksikan kehidupan di luar yang berjalan seperti biasa-tetangga yang beraktivitas, anak-anak
malam. Rendy belum juga muncul, dan tak ada kabar sejak pagi. Lila mencoba untuk tidak berpikiran bu
eh. Rendy masuk, wajahnya tampak lelah, namun tidak menunjukkan tan
ng selarut ini," ujar Lila lembut,
rsenyum tipis. "Maaf, rapatnya panja
dy. Ia mencoba mencari mata suaminya, berharap ada jawaban di sana, tapi Re
ya? Kita jarang punya waktu bersama," Lila m
menoleh dengan wajah lelah. "Ini cuma sement
suara Lila terdengar lirih, pen
duduk di sebelahnya. Dia menggenggam tangan Lila dengan lemb
irkan hal yang nggak-nggak. Ini cuma masalah pekerj
atinya, ia tahu ada sesuatu yang lebih dari sekadar pekerjaan. Namun, ia juga
g seperti dulu, hanya keheningan yang makin pekat. Senyum yang ia tampilkan kepada dunia luar mungkin ma
ambu