DUA CINTA SATU PENGKHIANATAN
uara burung-burung yang bersahutan biasanya membuat hatinya tenang. Tapi tidak hari ini. Di dalam, Dina sibuk menyi
an dua anak yang manis. Dari luar, semuanya terlihat sempurna. Tapi di dalam hatinya, Doni merasa ada yang hila
tangannya dengan handuk kecil. "Mas, makan malamnya ha
lagi aku masuk," jawabnya sambil me
sakan sesuatu yang berbeda. "Mas baik
ng mulai merayap di hatinya. "Aku baik-ba
sedikit khawatir. "Kalau butuh cerita, aku di sin
Doni, tetapi kata-katanya terdengar
u lama di jalur yang sama. Setiap hari seakan diulang, tak ada yang berubah. Pagi mereka sarapan bersama, bekerj
n ini bekerja di bawah timnya. Clara berbeda. Energinya, tawanya, caranya memandang dunia seol
ya lebih berwarna. Tapi pikiran itu dengan cepat dia singkirkan.
Clara menolak hi
upan rumah tangga mereka baik-baik saja, tapi beberapa bulan belakangan, Dina merasakan perubahan kecil pada suaminya. Senyumnya yang dulu selalu
nangkan hatinya. Mungkin ini cuma fase. Semu
arkan lamunannya. "Bu, kita makan apa ha
ina sambil tersenyum, menyembunyikan
dan garpu yang mengisi ruangan. Dina beberapa kali mencoba memula
keluarga di rumah Mama. Jangan lupa, ya
gguk tanpa menata
ia lakukan untuk mengembalikan kehangatan mereka. Tapi Doni tampak
duduk di ruang makan yang kini kosong, menatap piring-piring yang belum sempat dirapikan. Ia mer
inding. Senyum bahagia di wajahnya dan Dina saat itu terasa begitu jauh da
samping tempat tidur. Sebuah pe
aimana harimu? Beso
n tanpa berpikir panjang,
n dari Clara mengingatkannya pada hal-hal yang selama ini ia coba abaikan-bahwa ad
yang lebih kuat dari rasa bers
Clara. Besok ya, kita diskus
sedikit berkurang, meskipun dalam lubuk hati, ia sad
ndukan Doni yang dulu-pria yang selalu tersenyum penuh perhatian, yang sering mengejutkannya dengan pelukan tanpa alasan atau
dan menemukan Doni sudah berbaring di tempat tidur, membelakanginya. Suasana begitu
um berkata dengan nada hati-hati
i lamunannya. Ia tahu Dina pasti merasakan perubahan
Doni akhirnya, dengan suara l
u cuma merasa akhir-akhir ini kamu... ber
? Haruskah aku mengaku pada Dina tentang perasaanku yang tak seharu
ntor makin menumpuk, dan kadang aku cuma butuh
, Mas, kamu selalu bisa cerita sama aku. Kita kan dulu selalu bica
masuk ke dalam hati Doni, menimbulkan rasa bersalah yang
berbalik menghadap Dina, meski ia m
agak jauh. Tapi aku nggak mau kamu khawatir, ya?
elum terjawab sepenuhnya di hatinya. "Aku percaya
elai rambut Dina. "Aku juga ngg
ng harus ia hadapi, keputusan yang akan menentukan masa depan pernikahannya. Tapi untuk malam ini, i
ambu