icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

DUA CINTA SATU PENGKHIANATAN

Bab 4 Perasaan yang Mulai Tumbuh

Jumlah Kata:1846    |    Dirilis Pada: 23/10/2024

kin sepi. Pikirannya dipenuhi oleh satu orang: Doni. Sejak pertemuan terakhir mereka di kafe, Clara tidak bisa menghilangk

semakin kuat. Doni bukan hanya sekadar atasan yang baik, dia adalah seseorang yang bisa mendengarkannya, yang membuatnya merasa dihargai dan

ndangi ponselnya. Di layar, ada pe

s begini. Kita harus

a hubungan ini akan berjalan, tapi di sisi lain, ia takut akan apa yang mungkin terjadi. Ia tahu bahwa terlibat dengan pria y

erat, Clara akhirn

ketemu dan bicara soal ini. B

kirannya. Tapi bayangan Doni terus menghantuinya. Senyuman hangatnya, caranya berbicara dengan tenang, perha

kumen pekerjaan di meja makan, dan suasana rumah mereka sunyi. Sejak percakapannya dengan Clara malam sebelumnya, Doni merasa dirinya terperangkap dalam dilema yang t

semangat. Namun, seiring berjalannya waktu, semuanya terasa semakin datar. Dina adalah istri yang setia dan

lnya dan membaca kemb

telah kerj

oni tahu, percakapan yang akan terjadi besok bisa menjadi titik balik dalam hidupnya. Apakah ia akan

sikap profesional di depan rekan-rekan, namun di dalam hati, keduanya tahu bahwa pertemuan setelah kerja nanti akan menentukan banyak hal. S

al, duduk di sudut ruangan dengan secangkir teh hangat di depannya. Jantungnya berdegup kencang saat melihat Doni masuk dan

meskipun senyum itu tampak lelah. "T

ulai merayap. "Aku juga pengen kita ngobrol soal ini, Pak

rnah menyangka kita akan sampai ke titik ini, Clara. Kamu tahu aku say

berat. "Aku tahu, Pak. Aku juga nggak pengen merusak rumah tangga Bap

saan yang terus tumbuh dan kesadaran akan konsekuensi yang mungkin terjadi.

ahan. "Tapi aku juga nggak bisa mengabaikan apa yang aku rasakan. Setiap kali

sendiri pun tidak lebih baik. Perasaan yang tumbuh di antara mereka tidak bisa diabaikan

akukan sekarang?" tanya

nggak tahu, Clara. Tapi yang pasti, kita harus jujur pada diri

hu bahwa percakapan ini harus terjadi. Mereka berdua harus menentukan apa y

enatap Doni, matanya berkaca-kaca. "Aku nggak tahu apakah aku siap kehilangan ka

ri hati, dan perasaan itu begitu kuat sehingga sulit untuk diabaikan. Namu

rtanyaan dan keraguan. Tapi satu hal yang pasti-perasaan di antara mereka tidak akan mudah hilang, d

n kata-kata Doni. **"Kita harus jujur pada diri sendiri."** Kalimat itu terus terngiang di kepalanya, membuat Clara semakin tengge

dalam situasi seperti ini. Hubungan dengan Doni terasa begitu nyata, begitu kuat, tetapi ia sadar ada garis tipis yang terus menghalangi m

buatnya tersentak. Sebu

u, Clara. Kita harus ketemu lagi. Ak

justru membuat semuanya semakin sulit. Namun, di dalam hati kecilnya, ada perasaan yang terus berbisik

san singkat, "Aku juga, Pak. Tapi kita har

n sulit dihentikan. Tapi ia juga tahu, mereka sudah berada di titik tanpa jalan keluar yan

p, tetapi tidak bisa mengalahkan gairah yang tumbuh setiap kali ia bersama Clara. Hubungan ini, meskipun ia tahu salah, membuatnya merasa muda

t. "Mas, kenapa akhir-akhir ini kelihata

n hal itu. Ia mencoba menyembunyikan kegelisahannya

uaminya. "Kalau butuh cerita, Mas bisa cer

n memperberat rasa bersalah yang ia rasakan. Bagaimana mungkin aku bisa terus membohon

untuk bertemu lagi esok hari, kali ini dengan pembicaraan yang lebih dalam. Aku harus memutuskan sesuatu, gumam Doni d

apa yang terjadi di antara mereka. Setiap kali tatapan mereka bertemu, ada percikan yang tak terhindarkan,

yang perlu diucapkan saat mereka saling memandang. Doni membuka pintu mobilnya, mengisyaratkan Clara untuk m

saling menggenggam erat di pangkuan. "Pak, kita nggak bisa te

hu. Aku juga takut, Clara. Tapi... aku nggak bisa berhenti mik

begitu banyak hal yang dipertaruhkan. "Aku nggak pengen jadi orang yang nya

nyi, hanya ada suara napas keduanya yang terdengar. "Aku ngerti, Clara. Aku ngerti

air matanya lagi. "Aku juga sayang sama kamu, Pak. Tapi giman

u bener-bener nggak tahu. Yang aku tahu, aku nggak bisa kehilangan

si yang sulit, tapi perasaan di antara mereka be

mengucapkan kata-kata itu dengan susah paya

matanya penuh dengan rasa sakit. "K

yakin, Pak. Tapi kalau kita terus kayak gini, akhirnya kita

kan, keduanya tahu bahwa jalan yang mereka pilih akan sulit, apapun keputusan akhirnya. Pertemuan itu berakhi

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka