DUA CINTA SATU PENGKHIANATAN
kin sepi. Pikirannya dipenuhi oleh satu orang: Doni. Sejak pertemuan terakhir mereka di kafe, Clara tidak bisa menghilangk
semakin kuat. Doni bukan hanya sekadar atasan yang baik, dia adalah seseorang yang bisa mendengarkannya, yang membuatnya merasa dihargai dan
ndangi ponselnya. Di layar, ada pe
s begini. Kita harus
a hubungan ini akan berjalan, tapi di sisi lain, ia takut akan apa yang mungkin terjadi. Ia tahu bahwa terlibat dengan pria y
erat, Clara akhirn
ketemu dan bicara soal ini. B
kirannya. Tapi bayangan Doni terus menghantuinya. Senyuman hangatnya, caranya berbicara dengan tenang, perha
kumen pekerjaan di meja makan, dan suasana rumah mereka sunyi. Sejak percakapannya dengan Clara malam sebelumnya, Doni merasa dirinya terperangkap dalam dilema yang t
semangat. Namun, seiring berjalannya waktu, semuanya terasa semakin datar. Dina adalah istri yang setia dan
lnya dan membaca kemb
telah kerj
oni tahu, percakapan yang akan terjadi besok bisa menjadi titik balik dalam hidupnya. Apakah ia akan
sikap profesional di depan rekan-rekan, namun di dalam hati, keduanya tahu bahwa pertemuan setelah kerja nanti akan menentukan banyak hal. S
al, duduk di sudut ruangan dengan secangkir teh hangat di depannya. Jantungnya berdegup kencang saat melihat Doni masuk dan
meskipun senyum itu tampak lelah. "T
ulai merayap. "Aku juga pengen kita ngobrol soal ini, Pak
rnah menyangka kita akan sampai ke titik ini, Clara. Kamu tahu aku say
berat. "Aku tahu, Pak. Aku juga nggak pengen merusak rumah tangga Bap
saan yang terus tumbuh dan kesadaran akan konsekuensi yang mungkin terjadi.
ahan. "Tapi aku juga nggak bisa mengabaikan apa yang aku rasakan. Setiap kali
sendiri pun tidak lebih baik. Perasaan yang tumbuh di antara mereka tidak bisa diabaikan
akukan sekarang?" tanya
nggak tahu, Clara. Tapi yang pasti, kita harus jujur pada diri
hu bahwa percakapan ini harus terjadi. Mereka berdua harus menentukan apa y
enatap Doni, matanya berkaca-kaca. "Aku nggak tahu apakah aku siap kehilangan ka
ri hati, dan perasaan itu begitu kuat sehingga sulit untuk diabaikan. Namu
rtanyaan dan keraguan. Tapi satu hal yang pasti-perasaan di antara mereka tidak akan mudah hilang, d
n kata-kata Doni. **"Kita harus jujur pada diri sendiri."** Kalimat itu terus terngiang di kepalanya, membuat Clara semakin tengge
dalam situasi seperti ini. Hubungan dengan Doni terasa begitu nyata, begitu kuat, tetapi ia sadar ada garis tipis yang terus menghalangi m
buatnya tersentak. Sebu
u, Clara. Kita harus ketemu lagi. Ak
justru membuat semuanya semakin sulit. Namun, di dalam hati kecilnya, ada perasaan yang terus berbisik
san singkat, "Aku juga, Pak. Tapi kita harn sulit dihentikan. Tapi ia juga tahu, mereka sudah berada di titik tanpa jalan keluar yan
p, tetapi tidak bisa mengalahkan gairah yang tumbuh setiap kali ia bersama Clara. Hubungan ini, meskipun ia tahu salah, membuatnya merasa muda
t. "Mas, kenapa akhir-akhir ini kelihata
n hal itu. Ia mencoba menyembunyikan kegelisahannya
uaminya. "Kalau butuh cerita, Mas bisa cer
n memperberat rasa bersalah yang ia rasakan. Bagaimana mungkin aku bisa terus membohon
untuk bertemu lagi esok hari, kali ini dengan pembicaraan yang lebih dalam. Aku harus memutuskan sesuatu, gumam Doni d
apa yang terjadi di antara mereka. Setiap kali tatapan mereka bertemu, ada percikan yang tak terhindarkan,
yang perlu diucapkan saat mereka saling memandang. Doni membuka pintu mobilnya, mengisyaratkan Clara untuk m
saling menggenggam erat di pangkuan. "Pak, kita nggak bisa te
hu. Aku juga takut, Clara. Tapi... aku nggak bisa berhenti mik
begitu banyak hal yang dipertaruhkan. "Aku nggak pengen jadi orang yang nya
nyi, hanya ada suara napas keduanya yang terdengar. "Aku ngerti, Clara. Aku ngerti
air matanya lagi. "Aku juga sayang sama kamu, Pak. Tapi giman
u bener-bener nggak tahu. Yang aku tahu, aku nggak bisa kehilangan
si yang sulit, tapi perasaan di antara mereka be
mengucapkan kata-kata itu dengan susah paya
matanya penuh dengan rasa sakit. "K
yakin, Pak. Tapi kalau kita terus kayak gini, akhirnya kita
kan, keduanya tahu bahwa jalan yang mereka pilih akan sulit, apapun keputusan akhirnya. Pertemuan itu berakhi
ambu