DUA CINTA SATU PENGKHIANATAN
awalnya, obrolan mereka masih terkait pekerjaan, tapi perlahan-lahan pesan-pesan itu menjadi lebih pribadi. Doni merasa ada sesuat
rinduan yang tak bisa ia abaikan. Setiap kali ponselnya berbunyi dan melihat nama Clara muncul di
meja kerjanya, pesan dari Cla
pengen cerita banyak, tapi bukan soal kantor,
tuk langsung membalas. Tangan kirinya sudah mulai
ngerin kapan saja. Kamu ma
cepat, lebih cepat
yang kemarin a
esuatu yang sangat jauh dari kehidupan monoton yang ia jalani selama bertahun-tahun. Pesan singkat dari Cla
k di pojokan, mengenakan sweater merah muda yang membuatnya tampak lebih
datang juga," sapa
r kopi. "Aku bilang kan, aku se
edihan di matanya. "Kamu tahu, Pak, kadang... aku
banyak teman dan... kamu juga penuh seman
ya melihat luarnya saja. Aku nggak selalu seceria yang mereka kir
bisa menahan dirinya untuk terlibat lebih dalam. "Clara, kamu bisa cerita ke aku kalau kamu mer
kaca. "Terima kasih, Pak Doni. Kamu orang yang paling bisa aku percaya se
perasaan berkecamuk. Setiap kata Clara, setiap senyumannya, membuatnya mera
g campur aduk. Dina sudah tertidur lebih awal di kamar, sementara Doni memilih
in aku tadi. Kamu selalu b
ik balasan
u. Kalau butuh apa-apa lagi,
a, tapi ia tak bisa menahan ketertarikannya pada Clara. Sesuatu dalam hubungan ini membuatnya merasa kemb
an napas pelan Dina yang terlelap di sebelahnya. Ia m
utup rapat pertanyaan itu. Sebaliknya, ia semakin tenggelam dalam pikirannya
tanpa ia sadari, perasaannya pada Clara semakin dalam. Bahkan ketika mereka berada di kantor, ada tatapan diam-diam di antara mereka yang hanya mereka be
teras rumahnya, ponselnya kembali ber
ya sesuatu, tapi takut ka
n dalam dirinya. Apa
u bisa tanya apa saja
bih lambat dari biasanya, seolah Clara se
orang yang bikin kamu pengen
atinya. Jawaban itu jelas ada, tapi ia takut me
dengan hati-hati, tangDan mungkin, aku sedan
udara, dan sesaat kemudian,
a, Pak.
eka telah melewati batas
mat sederhana itu menghantam perasaannya lebih keras daripada yang ia kira. Kini, tidak ada lagi keraguan-Clara merasakan hal yang sa
erputar-putar. Dina tidur di sebelahnya, tak menyadari badai emosi yang bergelora dalam d
ang rapat, tapi kini ada ketegangan yang tak terlihat di antara mereka. Setiap tatapan
ghampiri Doni yang sedang membereskan berkas-berkasny
nggilan Clara di depan rekan-rekan merek
perasaan yang lebih dalam. "Aku cuma penge
? Di kantor? Apa yang mau dia bicarakan? Namun, tanpa berkat
angan itu menjadi lebih intens. Mereka berdua duduk, tapi tidak ada yang langsung mem
pelan, suaranya terdengar lebih ragu dari biasanya. "Aku nggak tahu in
uk. "Clara, aku juga mikirin hal yang sama. Tapi...
bermaksud merusak apa yang Bapak punya. Tapi... sejak kita sering ngobrol, aku ngerasa
in, ketertarikannya pada Clara begitu kuat hingga rasanya tak mungkin untuk diabaikan. "Aku juga merasakan hal yang s
ihan di matanya. "Aku ngerti, Pak. Tapi... kalau kita
perasaan ini tidak ada. Tapi di balik itu, ada Dina, istrinya yang telah menemani selama 15 tahun. Ada pernikahan
spons dengan lembut, membiarkan sentuhan itu terjadi tanpa kata. Keduanya hanya saling
hal... aku nggak bisa terus begini," kata Doni, suaranya
han air mata. "Aku juga, Pak. Tapi ak
akin kuat, semakin mendalam. Tidak ada yang berani melanjutkan obrolan lebih jauh, tap
yambutnya seperti biasa, dengan senyum hangat dan sapaan yang lembut
gan senyum tipis. "Baik
khir ini. Doni semakin sering melamun, dan obrolan mereka tidak lagi sehangat dulu. Di
, ada perasaan bersalah yang menyesakkan dadanya. Apa yang akan terjadi jika Dina tah
emuan demi pertemuan. Setiap kali bertemu, Doni merasakan gairah yang lama hilang dari hidupnya kem
oni duduk di ruang tamu, menatap layar
kapan kita bisa seperti ini. Ak
us memutuskan: melanjutkan dan menghadapi konsekuensinya, atau berhenti sebelum semuanya hancur. T
etik pesan balasan dak bisa terus begini. Kita
ah. Mereka akan segera dihadapkan pada pilihan yang sulit
ambu