LANGIT SENJA DAN JANJI KITA
erusik oleh pertanyaan yang tak bisa ia jawab-mengapa persahabatan mereka bisa retak? Dulu, mereka seperti tak terpisahkan, namun tiba-tiba, semuanya berubah.
an berbagi impian masa depan. Tapi setelah memasuki sekolah menengah, perlahan tapi pasti, jarak mulai muncul. Luna tidak tahu kapan t
aka mulai berubah-lebih diam, lebih tertutup. Ia tidak lagi datang ke taman bermain setelah sekolah, dan perbincangan mereka pun semakin jarang
ncul dengan jelas, seolah-olah baru terjadi kemarin. Dulu, ia menjauh bukan karena keinginannya sendiri. Ada sesuatu yang me
tepi danau kecil, seperti biasa menikmati sore di bawah langit senja. Luna sedang berbicara tentang mimpi-mimpinya untuk masa depan-sebuah obrolan ringan y
akan merusak persahabatan mereka jika perasaannya terungkap. Jadi, daripada harus menghadapi perasaan yang tak bisa ia kend
n mengetik pesan singkat untuk Raka. "Kamu ada wa
rnya, ia tahu bahwa percakapan ini cepat atau lambat harus terjadi. Mungkin ini saatnya
pat yang dulu sering mereka kunjungi bersama. Langit sore berwarna jingga, h
anggung. "Aku banyak mikir akhir-akhir ini," mulai Luna, suaranya pelan tapi tega
menunduk, tidak tahu harus mulai dari mana. "Aku... aku nggak tahu gimana harus jelasin," jaw
gan tatapan penuh t
tapi aku ngerasa lebih dari itu. Dan itu bikin aku takut. Takut merusak se
l di dalam hatinya. Apa ini alasan sebenarnya mereka
a, suaranya nyaris seperti bisikan. "Aku cuma tahu kam
il sekarang. "Aku salah waktu itu," kata Raka, nada penyesalan terdengar je
aca-kaca. "Aku juga takut kehilangan kamu, Rak.
ra mereka. Namun, keheningan kali ini bukanlah penghal
uanya," ujar Luna dengan lembut. "Tapi a
apan kecil tumbuh dalam diriny
sa lalu yang hilang tidak akan pernah kembali, tapi mereka punya kesempata
mereka. Meski banyak yang telah berubah, dan meski mereka masih harus menyembuhkan luka-luka lama, mereka merasa ada hara
at favoritnya, sebuah sudut tersembunyi di taman dengan sebuah bangku kayu tua yang menghadap ke danau kecil.
sendiri," kata Raka sambil menunjuk bangku kayu
nyaman dengan suasana yang familiar. "Ini tempat
ung malam dan desiran angin. Luna merasakan ketenangan yang lan
penuh penyesalan. "Aku nggak tahu kamu ngerasain itu dulu, dan
ga minta maaf, Luna. Aku ngerasa salah, dan aku nggak pernah punya kesempat
a tulus. "Aku harap begitu. Aku juga ngerasa kalau k
g ia temukan di rumahnya. "Ini milik kita, waktu kita kecil. Aku nemu
mbar-gambar mereka bermain, dan tulisan-tulisan kecil tentang impian mereka di masa depan. Salah
Raka, suaranya lembut. "Dan aku nggak pernah benar-benar melup
"Aku juga ingat, Rak. Janji kita itu, walaupun mu
, ada satu hal yang tetap sama-ikatan mereka. Kenangan masa kecil yang tercatat dalam buku itu seolah me
reka setelah terpisah. Luna mulai menceritakan bagaimana dia merasa kehilangan setelah Raka m
t aku makin menjauh," kata Raka. "Dan aku
u. "Yang penting adalah kita sekarang bisa jujur satu sama lain. It
hilang. "Kita mungkin nggak bisa memperbaiki semua yang
Luna dan Raka duduk di bangku kayu, menikmati keindahan malam sam
bil menatap bintang-bintang. "Meskipun banyak yang hil
Aku juga senang. Dan aku percaya, meskipun kita punya m
eka mungkin tidak bisa mengembalikan masa lalu yang hilang, tetapi mereka memiliki kesempatan untuk menulis ba
ambu