LANGIT SENJA DAN JANJI KITA
kin sering bertemu untuk mengerjakan proyek sekolah, dan perlahan-lahan, obrolan mereka melampaui topik-topi
, dengan pepohonan yang rimbun dan bangku-bangku kayu di bawah naungan, membawa banyak kenangan bagi mereka.
umpet di sini?" tanya Luna sambil
mnya mulai tampak lebih alami. "Iya, dan kamu s
asia," jawabnya sambil menatap Raka dengan sedikit keisengan d
lisnya. "Serius?
u dalam percakapan ini yang membuat mereka merasa terhubung lagi
ua, memandang ke arah matahari yang mulai turun ke ufuk barat. Langit berwarna oranye kee
dari rumah buat lihat matahari terb
kita kira itu hal paling berani yang pernah kita lakukan," ja
itu, rasanya dunia milik kita
al yang mereka alami ketika masih anak-anak-tentang hujan deras yang pernah membuat mereka basah kuyup, tentang
na kamu nggak mau bagi permen,"
"Dan kamu beneran nggak ngomong
" Luna tertawa lagi. "Tapi se
mereka sekarang sudah dewasa, momen-momen sederhana itu mengingatkan mereka bahwa di dasar segala sesu
at Raka bukan sebagai orang asing yang menjauh, tapi sebagai sahabat lamanya yang perlahan kembali.
cap Luna tiba-tiba, sua
sedikit terkej
ku tahu ini nggak mudah buat kita, tapi ak
tergesa-gesa untuk kembali ke masa lalu, karena saat ini, mereka sedang membangun sesuat
ampingan, dan tanpa sadar, jarak yang pernah memis
i sisa-sisa cahaya matahari yang memudar di balik pepohonan. Tidak ada desakan untuk segera pulang atau melanjutkan proye
perlihatkan sebuah foto tua yang diambil bertahun-tahun lalu. Foto itu menunjukkan dua anak kecil, Luna dan Ra
r di wajahnya. "Wah, aku lupa kita pernah foto in
ing liat foto ini kalau lagi kangen masa kecil.
ang merasuk di antara mereka, seolah-olah kata-kata tidak lagi diperlukan untuk menyampaikan perasaan merek
masa itu, Rak?" tanya Luna dengan nada lembu
namun jujur. "Tapi aku juga sadar, kita nggak bisa terus-terusan hidup di masa la
engubah banyak hal, termasuk mereka berdua. Namun, ada sesuatu yang tetap bertahan-ses
bah, ada yang nggak berubah, kan
in nggak semuanya berubah. Aku rasa, kita masih bisa m
a meskipun jalan mereka pernah terpisah, ada harapan untu
Luna dengan suara lirih, setengah bicara pada dirinya sendiri. "Aku
una. "Aku juga mikir gitu dulu. Tapi hidup
kejujuran di sana. Raka mungkin telah berubah, begitu juga dirinya. Namun, yang pentin
kitar mereka. Luna berdiri, merentangkan tangan ke atas dan menghirup udara segar malam. "Mungkin kita n
erdiri di sampingnya. "Iya.
kat, tidak lagi menjadi penghalang. Meskipun masa lalu adalah bagian penting dari kisah mereka, Luna dan Raka tahu bahwa m
ambu