Cinta masa kecil
n yang campur aduk. Pertemuan dengan Ar
langit-langit, dan mencoba memahami ap
a, membuatnya merasa seperti kembali menjadi remaja. Tapi di sisi lain, Dina adalah
ngat, Dina membuka ponselnya, berharap ada pesan baru yang bisa mengalihkan pikirannya. Namun, tid
enyum kecil, mengenang masa-masa sekolah yang penuh kenangan. Ia belum memberi jawaban apakah akan datang at
anjut, teleponnya berbunyi. Melihat nama
i udah telepon?" sapa Dina pada sahab
kan dengan klien besar jam 10. Jangan sam
na buru-buru. Dia menutup telepon dan segera bersiap, mengesampi
esar yang sedang ditangani timnya membutuhkan perhatia
kipun ia mencoba mengabaikannya. Namun, ia tidak bisa membohongi dir
, Dina memutuskan u
penuhnya yakin dengan perasaannya sendiri. Namun, rasa pe
kantor, mungkin kita bisa ketemu lagi," k
u mau ketemu di mana?" jawab Arga
tenang, tempat yang bagus untuk mengobrol tanpa gangguan. Beberapa menit kemudian, m
buk banget ya sekarang," ta
san juga," jawab Dina sambil tertawa kecil.
menga
itme hidup di sini, tapi aku suka.
tang hubungan mereka. Dina merasakan kehangatan yang familiar dalam setiap kata Arga. Namun
ang Dina dengan serius. "Din, kemarin kamu bila
hu, perasaanku nggak berubah.
, merasa jantungnya
lit. Aku juga nggak mau terburu-buru, apalagi setelah sekian lama kita
ipun ada sedikit ras
n memaksa. Kita nikmati aja wa
"Terima kasih, Ga. Ka
n canda tawa, mengembalikan su
saat ia salah jalan di kota ini, memb
n sesuatu dari kantongnya. Sebuah kalun
gasih ini pas kita lulus, tapi nggak s
perti ini. Ia mengambil kalung itu dan memandanginya sejenak
laupun kita jauh, kamu selalu ada di pikira
Ia mengenakan kalung itu, merasa sedikit le
sangat berarti buatku,"
n untuk berpisah, masing-masing kembali ke aktivit
dadanya. Ia mulai melihat Arga bukan hanya sebagai sahabat masa kecilnya
Kalung bintang yang diberikan Arga masih tergantung di lehernya, berkilau lembut di baw
r takdir?" pikirnya se
a terbangun dengan p
adalah bagian dari takdir yang selama ini ia cari. Tapi perjalanan m
muan tak terduga dengan Arga telah membangkitkan kenangan
dak perlu terburu-buru. Mungkin, seperti kalung bintang yang kini melingkar
idupnya bersama Arga baru saja dimulai. Bab demi bab berikutnya masih terbuka lebar,
enuh kemungkinan. Dia merasa seolah beban di hatinya mulai terangkat
nanti, aku siap men
membiarkan waktu bekerja, dan mempercayai prosesnya. Dengan semangat baru, ia melangkah menuju masa depan,
menulis bab berikutnya-dal