Cinta masa kecil
emperhatikan tetesan hujan yan
olah membenarkan suasana hatin
r memang menjadi impiannya sejak dulu
ernah terisi, seolah-olah ia meninggal
nya ke pekerjaan yang menumpuk di mejanya. Namun, pikirannya terus melayang ke
bat yang selalu membuatnya tertawa-Arga. Sosok laki-laki yang
dari telepon di meja kerjanya memecahkan lamunannya
ab Dina denga
jangan lupa istirahat. Kamu kelihatan capek terus," ujar ibunya dari ujun
sambil menghela napas pelan. Ibu selalu tahu bagaima
cari udara segar yang mungkin bisa menghilangkan kepenatannya. Ia m
mereda, meninggalkan aroma tanah bas
a-masa bersama Arga. Mereka adalah duo yang tak terpisahkan, seperti gula dan kopi. Arga selalu berha
beda-Dina ke kota besar untuk mengejar karir, sementar
. Di depannya, sebuah papan tulis menampilkan tulisan yang membua
mnya sambil membu
gkah masuk. Kafe itu kecil tapi nyaman, dengan a
gan laptopnya. Ada sesuatu yang familiar pada sosok itu, meskipun dari belakang. Rambu
erhatikan pria itu. Tapi ketika ia melang
ria itu langsung menoleh, dan s
meluk Dina dengan hangat. Dina tertawa, merasa nostal
i sini?" tanya Dina sambil
n buat pindah ke sini sementara," jawab Arga sambil tersen
berjuang aja," jawab Di
masing. Dina merasa seperti kembali ke masa lalu, saat segala sesuatunya begitu sederhana d
ertawa hingga lupa betapa st
t rasa canggung yang tak terelakkan. Dina me
dari tanggung jawab. Ada beban dan masa l
ina dengan serius. "Din, aku ada sesua
n kening, meras
pa
ta yang tepat. "Kamu ingat nggak, pas kita S
urangi ketegangan. "Yang mana? Ka
t, waktu kita habis main hujan-hujan
mereka basah kuyup karena main di tengah hujan, tertawa tanpa peduli dunia. Lalu,
ka kamu
lamunan. "Arga, ka
uk sambil ter
ngat. Dan... aku
a ia dengar. Di satu sisi, ada perasaan senang yang tak bisa ia pungkiri. Ta
nyak berubah. Aku... nggak tahu harus b
an lembut, namun ada
aku mencoba. Aku hanya ingin tahu, apakah ada sedikit p
ajah Arga, mencoba menemuk
akut yang mengikutinya. Apa yang akan terjadi jika mere
reka, memecah suasana yang tiba-tiba menjadi tegang. Dina meng
ri awal lagi, sebagai teman. Kita lihat saja ke mana ini
sedikit kecewa. "Oke, Din. Aku bisa terim
lik setiap kata, ada ketegangan yang tak bisa sepenuhnya hilang. Dina mencoba menik
g baru tumbuh di dalam hatinya. Sebuah benih perasaan yang mung
Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang bermain di antara me
-buru. Lagi pula, siapa yang tahu apa yang akan terjadi esok hari? Terkadang, hal terbaik dalam hidu
langkah pulang, siap menghadapi hari e
n yang terjadi, ia akan baik-baik saja. Kar
g yang selalu siap mendukungnya, meskipun mungkin bu
teka-teki, tak terduga, dan sering kali d