LUKA HATI SEORANG IBU TIRI
!"ujar seorang lelaki yang berhasil
ki itu dengan keras, dengan sigap lelaki itu menangkis dan menangkap kaki Agus dengan kedua belah tanga
an hanya berani dengan perempuan,
sini!" Agus menghardik lelaki itu, sambil menepuk-nepuk cela
enci melihat lelaki yang suka menyakiti wanita," ujar
bisa dijadikan bukti untuk memenjarakan anda!" lelaki itu menyambung ucapannya sambil menunjuk
, bergegas dia lari menghampiri mereka sambil berteriak marah, semua perkataan kotor dan kasar keluar d
i menemuinya setelah mengejar beberapa orang tadi.
rti kebiasaannya yang
a lelaki itu kepada Hesti
, terima kasih sudah men
" ujar lelaki itu m
," sahut He
i itu tadi siapa? Mbak kenal d
Hesti pelan, tanpa ekspres
ud saya apa dia sering melakukan kekera
hu dan peduli dengan saya?" tanpa menjawab p
melihat siapa saja melakukan kekerasan di depan saya,"
akan marah-marah, siapa pun yang ada di dekatnya pasti menjadi sas
bak?" tanya Guntur, dia merasa
gancam akan menyakiti ibu saya kalau saya berani berbuat macam-m
malah asyik pacaran dengan lelaki lain," seorang wanita tiba-tiba d
h dari perempuan itu. Guntur menatap perempuan dengan tajam, dan k
cap Hesti ketus, bukan hanya Agus yang membuatnya selalu tertekan, tapi
tak tahu adab dan sopan s
nya," sahut Hesti, mukanya tampak
suamimu Mbak,
a," sahut Hest
mungkin nggak ada biaya?" tanya Guntur
g mendengar perkataan Guntur langsung bangun menghampiri Guntur,w
agi jadi sarjana!" kata Marwiya
tertawa. Kemarahan Marwiyah semakin bertambah
mengaku calon sarjana tapi nggak
ma kasih atas ucapan-ucapan pedas Guntur yang ditujukan kepada Marwiyah. Walau sering sakit hati k
esai urusan di sini ibu langsung pulang," saran Hesti lemb
nggak tahu malu, punya suami masih suka goda lelaki yang masih muda," cecar Marwiyah beruntun t
kamu bukan ibuku, camkam itu!" bentak Marwiy
ruangan ya, ada kunjungan dokter," se
lalu beranjak pergi setelah berpamitan dengan
, tanpa menunggu jawaban dari Hesti pria itu mengikut
buat apa kamu ikuti dia, kamu lebih cocok sama aku," seru Marwiya
Marwiyah!" ucap Guntur santai,dia menepis ta
sti akan berlutut memohon-mohon padaku!" pekik Marwiyah, dia marah karena usahanya menah
npa menoleh ke belakang. Marwiyah menghentak-hentakkan kaki
berada di dalam tas, wanita itu
dar apa tujuannya datang ke ru
i kuota internet, dan kebetulan tadi ada seseorang menelefon dirinya, pene
masuk ke ruangan. Hesti yang baru bersiap-siap mau pulang
ngis kesakitan karena pergelangan tanga
arwiyah keras, dia tak peduli
lihat kedzoliman di hadapan say
im!" tukas Marwi
Guntur, dia sengaja mempermaink
u mau beli kuota!" kata Marwiyah keras, kali ini ditu
yah. Sejak bertemu Guntur tadi, Hesti seperti mendapat
ana Mar, tolong jelaskan!" ujar Hesti pe
ik Marwiyah, sambil menggerakkan tangannya ma
gak tahu adab dan sopan?" lagi-lag
angat marah karena kemauannya tak dituruti oleh Hesti. Tak seperti biasanya, sekali meminta Hesti langs
sini, kasihan ini lho anak saya terganggu tidurnya," tiba- tiba seseibu yang bersuara, anak ibu
man," kata Hesti dengan penuh hormat kepada seseibu tadi. Marwiyah te
i saya. Selama enam tahun berumah tangga, hanya dua bulan pertama saya menerima nafkah materi dari suami saya, sebesar lima
up saya yang membiayai, biaya sekolah dan kuliah Marwiyah juga dari saya. Karena Agus tak mau bekerja, adik ipar juga tak bekerja, jadi semua mutlak dari uang saya
ama ini mereka tak pernah menghargai, saya hanya dijadikan sapi perah dan pem
!" kecam seseibu tadi setela
lam benak Guntur, tangannya mengep
lih ke arah anak tirinya, Marwiyah membalas tata
hak yang mana yang kamu minta
an uangku, cepat!" bentak Marwiyah
u minta, camkan!" bentak Hesti dengan berani, Marwiah ter
berubah pias, sementara seseibu itu mengacungkan ked
erai baru tahu rasa!"ancam Marwiyah sambil membalikkan badannya, lalu melangka
bu tadi malah tertawa m
mbalikkan badannya lagi dan berjalan menghampiri Guntur, hatinya berdebar, d
dan seseibu itu mengerutkan dahinya, bertanya dala
r lagi mbak Mar akan jadi artis dan pasti viral," tutur Guntur sambil menu
h menjerit, dan berl