Perceraian: Jangan Berharap Kembali
yang tengah berkutat dengan buku resep buatannya itu begitu fokus. Hingga sua
mpuan itu, Tari, tersenyum senang melihat resep barunya berhasil.
tikn
u yang terinspirasi dari resep lainnya. Dia mempunyai sebuah toko kue yang dia bangun sendiri.
a, menyebut panggilan sa
elihat nama Oby tertera di layar. Dia melepas oven glove di tangann
apa
uara Deo, melainkan seorang pria yang tak Tari kenal. Alisn
?" tan
t dia tampil malam ini. Gue ambil hpnya buat hubungin lo kar
nga kanan. "Nadine? Kok bisa? Eh, nggak usah dic
ya
as apronnya, melipatnya asal. Kaki melangkah cepat,
acar orang. Pacarnya si uler lagi," gerutu
.
yang dia datangi adalah salah satu club terbesar di Jakarta, yang hanya bisa didatangi oran
ecil. Dia tak perlu membayar atau memesan dahulu. Pelanggan VIP kalau kata
ar
dalah teman SMA Tari dan Deo, Cloe namanya. Anak orang k
enggelengkan kepala, melihat
, mending ikut gue seneng-seneng yok! Ada bule di s
g. Dia tidak suka minuman yang memiliki rasa tajam itu. "Lo beneran nggak lihat Deo? K
. "Nadine ...? Oh! Iya, beb. Tadi ada Nadine
lis, sangat tahu tempat apa itu. Tempat para pasangan yang ingin menun
e sana se
kat di bahu Cloe. "Jangan minum lagi, pulang aja," nasih
ali mendengar dari Deo kalau Nadine sudah tidak pernah mabuk-mabukan di
n jauh ke dalam lorong temaram itu. "Gue ngapain
capa si penelpon yang berbeda dengan Cloe. Dia hampir saja kembali, tapi seorang pria
o. "Lo! Stoo!" Melangkah cepat, Tari menghampiri pria bertopi hitam itu. Tanp
setelah melihat wallpaper pons
"Deo ada di salah s
ar-kamar yang tertutup dengan alis me
ngangguk singkat. "No
arna-warni itu. Matanya menatap awas sampai menemukan papan bertulis angka 2
dinding, menekan saklar di dekat pintu. Seketika ruangan itu diterangi cahaya dari
pun busana di tubuh mereka. Si wanita mendongak menatap langi
u lagi, kalau tidak menangkap tato kupu-kupu di ba
deo
dengan Tari. Mulut Tari terbuka lebar, melihat wajah yang teramat familier itu.
ial! Apa
a ganti melihat pria bertopi yang hanya berdiri diam. Tangan Tari kembali men
ngs
jenak di samping pria bertopi yang kini menunduk. Tari baru bisa mengenali
ggak mau pu
melangkah bertambah cepat, membelah kerumunan orang yang makin ramai karena sudah ma
, menekan salah satu tombol hingga mobilnya berbunyi. Tari berlari m
alakan mesin mobil. "Ahh!" Tetapi, mesin tak juga menyala. D
terpasang terbalik, memukul-mukul kaca sambil berteriak memanggil Tari. Sekalip
ci mobilnya. Tari tak peduli, menambah kecepatan hingga mobilnya sampai d
mobil membunyikan klakson, membuat Tari terkejut dan menginjak rem. Klakso
ke kiri. Napasnya memburu, kepalanya terasa pening bu
i. Dia menggeram keras, mengertakkan gigi kuat. T
jendela, menatap beberapa pejalan kaki yang berjalan di tro