Perceraian: Jangan Berharap Kembali
kan di bibir. Rambut panjangnya dia ikat erat, agar tak mengganggu aktifitasnya.
dua bulan. Yang pasti setelah memergoki Deo dan Nadine malam itu, Tari tidak pulang ke rumah. Dia menginap
ng dan baju tetaplah banyak. Tari berkacak pinggang, menatap tumpukan piring di wastafel dapur. Tak ada noda bumb
lu cuci piring. Makan juga cuma dua kali, kadang
mencuci piring. Dia meminggirkan gelas, lal
cuci piring pun dia gosokkan ke bagian permukaan, s
a puluh menit, semua piring maupun gelas sudah terbalur busah tertumpuk
lagi ini
-piring itu tunggu tak kunjung mengalir. Menyerah. Tari melepas sarung tangan
loh, Ran. Tapi lo malah macet kayak gini, mau ngajak b
ue beli kotak nasi, biar piring-
l itu membantunya mendapat solusi. Matanya sedikit membesar, senang. Dia berdecih
. Pintu rumah itu tertutup, tapi di dalamnya pasti ada orang. K
mengeluarkan bunyi yang lumayan nyaring. Salah satu keahliannya adalah
dibuka oleh si tuan rumah. Pria yang mengenakan kaus polos dan celana pe
buat benerin keran gue yang mati
"Gue lulusan SMA
engan begitu yakin tanpa tahu kebenarannya. Padahal dia suda
nget. Yaudah kalo gitu, maaf udah g
etapi tangan Noah menahan tangannya, membuatnya kem
ue pake ce
am rumahnya, meninggalkan Tari seorang diri di teras. Tak berselang lama, hanya li
i pintu. "A
kerannya yang rusak. Piring yang tertumpuk sudah bersih dari busah. Pasti butiran b
alat-a
seperti paku, palu, obeng, dan beberapa lainnya. Noah berjongkok di depan saluran keran yang menempel di dinding meja dapu
di masal
alon. Semburannya begitu besar, mampu membasahi sekujur tubuh Tari dan No
k gini?" teriak Tari
ak Noah, berusaha mengencangkan kem
mematikan laju air. Menghela napas lega, dia kembali ke dapur untuk melihat keadaan Noah. Pria itu sedang duduk dengan
baik, tapi pakaiannya pun
r, hingga berubah menjadi sebuah tawa. Layaknya virus, tawa Noah kini menular pada
.
n itu tadi begitu senang saat menemukan kemeja dengan ukuran besar di dalam lemarinya, dan langsung menyuru
Dia menghampirinya, membalik figura itu karena penasaran. Di dalam figura kayu itu, Tari terlihat begitu cant
bahkan sampai menyipit seakan ikut tersenyum juga. Keduanya memakai pakaian pe
suami
mantan suami perempuan itu. Dia berdecak, lalu memasukkan figura itu ke
ue," ucapn
iri Tari di ruang tamu. Perempuan itu juga sudah berganti pakaia
aaf ya Mas, gara-gara bantuin gu
pa, kan? Takutnya nanti masuk ang
akasih Mas udah perbaikin kerannya. Besok gue bu
g di hadapan sofa yang Tari
ri. "Sampe lupa nyu
ari kembali ke posisinya. "Kuenya lo buat sendiri, kan
atin langsung di rumah