Perceraian: Jangan Berharap Kembali
aku sekaligus pemiliknya menyusul duduk di kursi sofa. Nadine, perempuan berpak
sama sekali nggak direspon. Gue bahkan ke rumah lo ju
menatap Nadine dari agas kepala hingga bawah. Kaus crop yang dilapisi jaket kulit berw
nyariin gue. Kenapa
pa? Setelah semua yang kita l
snya hingga tandas, lalu menyandarkan punggungnya santai. Dia berde
y. Emang gue sa
hal rutin yang kita lakuin setiap
yembul. Deo terkekeh, sudah hapal dengan maksud Nadine. Bibir ber
Kenapa? Uda
menempel di atas meja. Semakin terlihat jelas belahan dadanya oleh mat
gue ... nuntas
kurang dari sejengkal. Deo melirik dada Nadine, membuat perempuan itu t
ak minat,
annya dari meja, menyilangkan kaki sombong.
arang kalau udah berubah jadi s
sis. "Gue nggak akan biarin lo lepa
an gue bil
a jauh lebih santai sekarang. Namun, lanjutan
rkata seperti itu Deo mengangkat satu ujun
Setelah beberapa saat diam rautnya berubah. Memasang ekspresi
n aja, jangan bilang kayak gitu, ya? Ak
Perempuan itu berusaha mencegah Deo pergi. Tanpa izin Nadine mem
," perin
ah hingga bisa sampai di sisi Deo, tak akan dia biarkan pria itu mencampakkannya
pasin, Nadine
n perempuan itu. Dia mendorong tubuh Nadine menjauh, lalu perg
n pus
ekan gas dalam, tak butuh waktu lama hingga akhirnya dia sampai di rumahnya. Sebuah rumah besar yang
ning sekali, sampai-sampai suara napasnya saja terdengar nyaring di telinga. AC yang tak pernah mati s
ini? Harusnya langsung
engan apartmen yang terasa padat, karena tak mempunyai banyak ruang kosong. Hanya
mendongak, menatap langit-langit yang dihiasi gantungan lampu kristal bes
karena dipasang satu minggu setelah acara pernikahannya dengan Tari. Di dalam sana, Tari te
etapa terkejutnya dia melihat Tari di ambang pintu, menatap lurus padanya yang tengah bercum
i akhirnya dia sadar, dan langsung melompat dari ranjang. Dia memungut pakaiannya di lanta
mencoba menghubungi Tari dan semua orang yang dia kenal. Namun, dia hanya diam saat mereka bertanya ada apa
engan Tari, sampai akhirnya surat perceraian dikirim ke rumahnya. Di persidangan
hon dengan sepenuh hatinya. Tari tak mau menerima perminta maafnya, sekeras apapun dia memohon. Dia tahu dia salah,
tu, saat sidang terakhir perceraian kita. Aku harap kamu selalu baik-
aik saja. Dia tak keluar rumah hampir satu minggu. Pakaiannya pun dia ganti
lebar di depan kamera, membawa sebuah kue bermotif abstrak dengan warna merah dan putih. Sebag
. Dia melanjutkan hidupnya, dan sesekali memeluk foto Tari di tengah gel
du kamu,