Satu Atap Dengan Bos
etelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ghatan. "Ayah, cepat minta maaf kepada tuan mud
Karena dia kami harus kehilangan rumah. Tolong kami tuan
hatan, hati Anjeli hancur. Gejolak panas muncul di dada
k menarik mereka agar berdiri. "Ibu dan Ayah boleh memu
naknya. Sebelum hal buruk kembali terjadi pada Anjeli, Ghatan meme
a pelajaran agar tahu diri!" Kemudian Eva menoleh ke arah Yuan yang hanya diam sambil menundukkan kepala. "Ayah
perti ini! Aku
melihat wanita malang itu tersiksa membuat Ghatan
i mobil." perintah Ghatan dan langsung dilaksanakan oleh para peng
njeli berlari menyusul para pengawal yang masuk ke rumahnya. Anjeli tidak boleh membiarkan mer
n sentuh bara
n pada Yuan dan Eva, membiarkan mereka berdua tetap terduduk di tanah kotor. Men
lunas," ucap Ghatan seraya memerintah manajernya supay
membaca isi dari kontrak tersebut, tanpa peduli apa yang akan terjadi jika mereka
n ter
dilaksanakan Minggu depan antara tuan muda Ghatan dengan putri kalian, Anjeli." Manajer menj
atas syarat yang ada dalam kontrak terse
dan Eva, andai saja Anjeli tahu dirinya akan menikah dengannya atas perjanjian deng
wanita itu mengacungkan jari tengahnya.
ak ingin dibawa pergi dari sini." uj
saja hal yang membuatnya repot. "Cih, mengurus satu wanita saja tak b
*
KAN PERGI
h terdengar begitu kakinya
ang Ghatan dengar, kali ini ia melihat wanita itu sedang merebut kembali
nita itu mengamuk, terus mengambil barangnya yang sudah dibawa oleh para pengawal. Bahkan, A
al itu tamp
orang tuanya, Anjeli langsung berlar
memegangi lengan sang Ibu berharap mendapat pert
membuat Anjeli kalut. "I-ibu ... Ibu tolong aku, kenapa Ibu seperti ini? A-aya
Anjeli, tak terlihat khawatir sama sekali
dak memikirkan bagaimana nasib keluargamu jika mereka diusir dari sini?" Ghatan bersedekap dada,
Anjeli terus men
alasan? Situasimu akan semakin buruk jika kau terus menolak." Matanya melirik Yuan dan Eva bergantian. "Bahkan bukan situasimu saja, tapi situasi keluargamu ju
ituasinya, yang didapat oleh Ghatan adalah sebuah tatapan lempen
l! Kenapa aku harus bicara sebanyak ini?" Ghatan sudah dongkol, ia pergi tanpa mendeng
KIR AKU INI
an berlari mengejar Ghatan. "Ibu mohon menikahla
rang, bagaimana dengan kalian?" tanya Anjeli. "Aku tidak ingin men
ia berjalan menghampiri anak dan istrinya, menarik tangan Anjeli memberi
ng sudah di pelupuk mata. "Ibu ... Ayah ... aku sudah berjanji akan me
saja, An. Kami sudah menghidupi mu, dan sekarang giliran kau yang membiarkan kami hidup." Melihat sang anak
da apa?" tany
n menarik napas, mengumpulkan tekad yang selama ini
maksu
ang tak dapat dipercaya, Anjeli terpaku sesaat sebelum
naga Anjeli memberontak. "AKU INGIN ME
h menunggu anda
rus berteriak kepada orang tuanya tetapi mereka hanya diam saja. "Huhuhu, kenapa kalian
ti, menatap sedih ke arah orang tuanya yang hanya menundukkan kepala. Disaat para pengawal itu lengah, Anjeli mengambil kesempat
NGIN BICARA DENGAN M
lam mobil, bahkan dia memukul-mukul Gha
g besar mendapat jawaban yang jelas. "Jika iya maafkan aku, jangan seperti ini ... aku harus mendengarkan penjelasan mereka, aku tidak bisa seper
aukannya, bahkan pria itu tak
ahnya tentang perjodohan dengan putri k
esarannya Gama menatap Ghatan, ucapannya seakan tidak dapat menerima
tidak ada keingin
tangan yang terkepal mengebrak meja. "Kakekmu d
gurut keningnya, membuang napas kasar dan menoleh ke ar
memilih wani
tan menjawab, "Kau ingin t