Satu Atap Dengan Bos
agi ini, rasanya masih sama seperti pagi kemarin. Be
ingat jika hari ini adalah hari Senin dan hari pertamanya bekerja di perusahaan Ghatan,
ar sesuatu dari arah dapur. Begitu sampai di dapur
rinya spontan merapikan ramb
ucap
dan berjalan ke arah meja seraya membawa se
tan tanpa menatap Anjeli,
tahu harus melakukan apa. Tubuhnya seakan ada yang memeluknya agar dia
Aku akan pergi lebih dulu, sebelum berangkat makan roti ini dan minum segelas air." Sete
ab perintah itu. Bahkan, Anjeli sulit untuk berpikir jernih saat meny
yanya pada diri sendiri. "Apa dia
langkah menuju meja,
ajah serius. "Meskipun kita adalah suami istri, tetapi di kantor hubungan kita ada
matanya dua kali la
kan hal tersebu
iketahui oleh banyak orang. Sikapnya yang menurut Anjel
angkan ini," kata Anjeli menyemangati dirinya sendiri.
itambah meminum air sesuai perintah Ghatan, Anjeli p
li harus meny
rkejut kala seorang pria tiba-tiba menuntunnya pergi ke
kan n
memerhatikan pria itu dengan seksama. Ekspresinya yang jelas menunjukk
ecara singkat. Tetapi ekspresi yang Anjeli tunjukkan tampak belum puas,
speec
yang Ghatan ing
*
getahui bahwa ia dipindahtugaskan dari kantor utama. Dan yang paling membuat Anjeli senang be
mbil celingukan memerhatikan semua orang yang
. T
engetuk kur
tidak dimengerti, anda bisa bertanya pada saya," tuturnya dengan senyuman ya
gguk. "Baik,
ali mendekati Anjeli. "Hm, apa saya boleh minta no
ak mung
Gha
yawan membuatnya mengurungkan niat memberikan nomor ponselnya. Atensi Anjeli teralihkan ke arah pin
ria itu tiba-tiba
merasa
tak ingin hubungan ini dik
a apa anda da
mpiri Ghatan membuat pri
kantor pun pria itu tetap terlihat dingin. "Karena waktu makan siang beb
yang merasa tertekan. Apa lagi kala Ghatan menatap Anjeli cukup lama
ada suara ramah. "Apa ada kesul
kesulitan untuk mengeluarkan sua
u," katanya kemudian
i ke toilet. Ia berjalan terburu-buru karena tidak ingin kehilangan Ghatan, tapi ternyata
ng sengaja menunggu Anj
ui saya?" Anjeli langsung menanyai Ghatan tanpa basa-basi. Meski begitu Anjeli terus
ya. Di sini kau harus bersikap sopan pada saya, layaknya seorang karyawan kepada bosnya." Ghat
n ada benarnya, tetapi tetap saja dia aneh. Dan le
njeli patuh lalu ia
di sini. Namun sebelum Anjeli kembali ke mejanya, Ghatan ju
n. "Apa orang-orang d
h?
akai ini, ini ponsel khusus untuk bekerja. Pisahkan antara pekerjaan dan
Ghatan dengan otak yang masih mencerna s
eh.