Satu Atap Dengan Bos
itu terus menatap Anjeli seolah akan memberikan jawaban yang jelas. Na
ya tak dapat disembunyikan seiring air matanya kembali menetes, teringat pad
gusap air mata yang terus mengalir. "Rasanya seperti jutaan belati me
tang-utang mereka lunas," ujar Ghatan memberitahu yang sebenarnya kepada Anje
memercayai ucapan pria ini sepenuhnya. "Apa syarat k
h untuk memejamkan matanya. Ia menganggap, Anjeli ini terlalu naif. Bahka
g tak digubris membuat Anjeli dongkol, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa. Akhirny
dibawa kemana dirinya oleh pria yang memaksanya menikah, ia hanya dia
ng apartemen mewah. Begitu mobil terparkir di basement, Pak Hans
ta sudah
tuk membangunkannya, lantas menatap Pak Hans. "Bawa baran
k Hans kemudian
Sudut bibirnya perlahan terangkat samar, senyuman yang sangat samar itu te
Ghatan mengubah tatapannya. "Cepatla
langkah keluar mobil. Pria itu benar-benar tidak punya hati, padahal Anj
sanya pening sekali harus langsung berjalan setelah bangun tidur. Ketika Ghatan sudah masuk ke dala
m saja?" ta
gan enggan. Dia berdiri tepat di samping Ghatan, suasananya be
angat tida
Anjeli haru
an pergi
parte
a mencerna perkataan Gh
memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Pria itu menatap
*
ya aneh, udara yang terasa mencekam membuatnya ingin melarikan diri dari tempat ini. Apa lag
h dengannya? Pertanyaan itu ma
mengikuti kemauannya, tetapi pria itu mal
engedarkan pandangan mengamati sekeliling. "Tempat ini sangat rapi dan di t
benar-benar mendominasi seperti sua
rkannya bahwa di tempat ini bu
. Tanpa mengatakan apa pun Ghatan menarik koper Anjeli dan diseret ke suatu t
alam sebuah kamar. "Kau bebas melakukan apa pun." Da
tikan langkahnya. "Saya sudah berpikir berulang kali, tetapi tidak ada jawaban yang masuk aka
buhnya dan menjawab pertanyaa
ya menikah d
u cukup turuti setiap perintahku
ali nyeri, harga dirinya merasa diinjak
jeli ambruk ke lantai mulai memikirkan b
ia sangat ingin melarikan diri k
n mengingat mereka membiarkan Anjeli pergi begitu saja, perlahan harapan bahwa mereka berbohong semakin terkikis. "Apa karena
ikit lebih tenang. Tidak akan ada yang tahu jika Anjeli sedang menangis, air mata itu bersatu dengan ai
ia akan menikah dengan pria yang menukarnya dengan sebuah
, seseorang tengah menunggunya di atas ranjang. Pria itu duduk di kasur dengan
a terangkat meraih helaian rambut Anjeli yan
hari terburuk sepanja
engeratkan handuk yang hanya membalut tub
a Anjeli justru menunduk tampak pasrah. "Tapi sebelum