Satu Atap Dengan Bos
ak
pemilik ruangan spontan mengangkat kepala, kening yang berkerut m
ingin, memandang tajam sang karyawan
rakhir berdiri tepat di depan meja kebesaran bosnya. "Pak, apa maksud dari semua ini?" tanyanya seraya menyimpan secarik kertas d
ngan ke sembarang arah. "Hm, tanyakan langs
agaimana bisa saya percaya pada ucapan bapak? Sementara
eringatan. "Jaga ucapanmu," bisik Gama kemudian berjalan tenang ke arah pintu
eli mengernyit, tetapi kemudian menggeleng. "Saya tidak peduli, saya hanya i
natap Anjeli kesal. "Dapat pekerjaan di perusahaan ini saja sudah sebuah keuntungan untukmu. Alih-ali
reputasi nomor s
rope
ng harus Anjeli syukuri. Jika bukan karena Gama mungk
ang tidak punya apa-apa. Beruntung Anjeli bisa langsung bekerja setelah lulus kuliah,
dil dan dipermainkan jika kontrak kerja
idak adil u
ke arah kursinya lalu duduk kembali di sana. "Karena kau sudah
embulat, "Apa
nggil bawahannya untuk masuk ke dalam
n ini melainkan sosok pria jangkung dengan setelan j
isi perusahaan nomor satu di negeri ini. Seseorang yang unggul, dengan kecerda
Praja
keberadaan Anjeli. Sebelah tangannya terangkat, menahan bawa
ni." Suaranya begitu dingin, siapa pun yan
dukkan kepala, lantas menutup pintu se
arah Anjeli yang masih setia berdiri di hadapan Pak Presdir. "Ayah, ada ses
annya di waktu yang tidak tepat?" Lalu ia tersenyum penuh makna ke arah Anjeli ya
dalah ayahnya sendiri, dan itu yang Gama rasakan sekarang. "Cukup
tampak puas setelah mengatakan kalimat yang b
kau g
ahnya katakan, Ghatan hanya bersikap s
seraya melirik Anjeli. "Jika tidak ada yang ingin kau katakan lagi ce
u, Ghatan kembali membuat
Kali ini wajahnya tampak lebih serius. "Dan s
Anjeli langsung memalingkan wajahnya dari senyuman mengerikan itu. Seny
erus menatapku
ama murka. Menatap
disiapkan di luar ruangan masuk bersamaan. Melindungi Ghatan
terus berontak. "LEPASKAN AKU! JANG
li s
tempatnya tak mampu untuk bergerak j
keluar da
h sekretaris pelaksana yang bertugas untuk Gama. Hal terakhir yang Anjeli lihat seb
kretaris itu dengan penuh pertanyaan. "Apa y
i, sekretaris-Sena-membawa Anjeli keluar
us aku sampai
*
ang harus kau bayar selama masa
osong, dia tidak habis pikir dengan pria tua bernama G
angnya orang tuaku melakukan apa sampai memiliki utang sebanyak itu?" Dia bertanya pada
nya. Selain itu, biaya sekolahmu dan kakakmu ditanggung oleh Prajanata. Belum lagi biaya hidup keluargamu." Jawaban Sena yang t
ah lulus kuliah dan mendapat pekerjaan hidupnya akan berjalan nor
i? Ia harus membayar utang-utang oran
apa pun, Anjeli mer
ada yang tidak beres. "Apa semua itu bisa disebut ut
i-tubi, Anjeli tidak da
u menginjak lantai kediaman Prajan
ah putu
ekerja di bawah pi
run, rasanya sesak
ma
akukan apa pun demi kekuasaan. Hal yang paling disenanginya adalah ketika ia bisa mengend
Bagaimana dia melihat Gama akan melempar guci ke arah
. "Bersabarlah, mungkin ini mem
bertahun-tahun orang tuaku bekerja di bawah Prajanata
a baik-baik saja, bahkan mereka member
ak tidak memiliki beban apa pun. Dan ayah yang adalah sopir p
g. "Apa aku harus tetap bekerja sebagai mesin
ua orang tuanya
n lepas dari
mber suara. Pria yang Anjeli lihat beberapa waktu lalu di ruangan pa
ak Gh
hlah de