Satu Atap Dengan Bos
bu setiap inci wajah Anjeli, mengendus nafsu aroma tubuh Anjeli yang memabukkan. Hingga ak
Apa kau gila!?" bentaknya, tak dapat dipungkiri jika sikap Ghatan membu
Ia termenung beberapa saat hingga akhirnya
par satu pertanyaan lagi, sontak Ghatan
ncam ku sekarang?" Dia mendengus. "Apa kau tidak peduli jika keluargamu dalam bahaya?" tanya Ghatan, tetapi terdengar seperti s
hatan. Ia mengangkat wajahnya, sama sekali ta
n tega pergi meninggalkanku sendiri di sini. Lalu datang membawa seorang wanita." Anjeli terus menatap Ghatan
u kau
gi anda, tapi setidaknya hargai saya sebagai seorang wanita yang menikah dengan anda." Suaranya merendah, matanya berkaca-kaca memberi
membuat urat-urat leher Ghatan semakin menonjol. Pria ini
Gha
dan membawa Anjeli ke dalam kamarnya. Sampainya di dalam kamar Anjeli
enahan emosinya ya
Suara Anindya berhasil mem
" Setelah mengatakan itu Ghatan pergi, meninggal Anjeli yang ki
h..
g! K
presi Anjeli berubah sedikit lebih baik. Dia segera menga
tolong ma
aku Bas,
nselnya. "Nomor ibu ... ah, kak Bas rupanya. Ada apa menghubun
ganti nomormu tanpa menghubungiku lagi?" Pertanyaannya diabaikan begitu saja, justru Bas ma
nsel dari telinga. "Itu tidak penting, s
eka? Dasar tidak tahu malu, padahal kau sendiri
hatan, Bas kakaknya ini memang san
, kami su
ita selesaikan
tt
nselnya ke belakang tubuh. Ghatan kembali secepat itu, Anjeli tid
rigakan, membuat Ghatan bertanya,
geleng. "Ti
wanita ini menyembunyikan sesuatu dariny
pas cincin pernikahan yang disematkan pada jari manisnya kala itu oleh Ghatan. "Ayo kita sudahi p
atan diam memandanginya. Ghatan menyeringai, dia menggeleng
ehkannya. "Bagaimanapun caranya saya aka
rjalan ke arah pintu dan mengambil kunci milik kamar Anjeli. "Kau harus tetap di sini,
uar dari kamarnya seraya memegang
a kau tidak pergi
ap Anjeli dengan kata-kata kasar khasnya. Membuat Ghatan hanya bisa menggelengkan
t tidak pantas." Ghatan mengantongi kunci kamar Anjeli, lantas ia
kapan
Ghatan terus mendorong Anjeli agar wanita ini berbaring. "Jangan mempersulit hidupmu dengan sikapmu,"
kan lampunya dan menatap Anjeli penuh peringatan. "Let
enak, pria itu akhirnya meletakan kembali kunci di atas n
gung. Terkadang dia bisa terlihat dingin dan
an kini ia berubah menjadi dingin lagi. "Dan satu hal lagi, kau adala
dan mengeluarkannya secara perlahan. Pandangannya lurus ke depan, kedua i
ang keluarga pak Yuan. Namun pak p
hatan seraya menerima map cokelat it
a tidak akan bertemu lagi dengan nona Anjeli." Pak Hans menjelaskan dengan s
belum ada perintah dariku," ujar Ghatan dan memberikan kembali
jawab Ha
Hans. "Satu lagi, kau awasi juga