Calon Istri Tuan Muda Dingin
rang di sana, diam sampai sang ratu
jar sang ratu memberi pe
rdiri tak jauh dari kursi sang ratu. Vena memperhatik
ada berkas di atas meja i
uk keluarga ini, terkhusu
atu bingung tapi wanita tua itu hanya tersenyum l
tangan kanan mengarah pada Vana. "Untuk semua orang yang ada di sini, berlaku untuk
pi juga kepala pelayan, sekretaris, dan kepal
idak dapat diganggu gugat lagi. Siapa yang keberatan bisa angkat tanga
alihkan semua perhatian termasuk Vana. Jelas gadis itu
menunggu alasan atas keberatannya. "Aku tidak ingin dia tinggal di
meremehkannya. Bagaimana Fandra berani men
ra?" tanya sang
ada Vana di seberang sofanya
ar lain, akan lebih bagus kalau pulangkan saja daripada orang kampungan sepertinya menjadi pengganggu
a seperti itu. Meskipun faktanya memang berasal dari keluarga yang tak punya apa-apa, Vana cukup berpendidikan dengan banyak pengalaman h
gi karena Fandra terus merendahkannya hanya
da Vana. Jelas dia marah ta
ogan sepertimu!" tegasnya menekankan kata tuan muda. Je
njadi kubu terbaik. Sang nenek juga santai saja sekalipun ada pertarungan antar anak muda itu. Kedua orang tua Fandra dan sang kakak ipar pun tak turu
a tajam menghunus kepada Vana. Tapi ga
u mau? Tidak sama sekali. Siapa pula yang ingin bersanding denganmu, Tuan? Tapi maaf, aku tidak bisa
orang yang berani melawannya dan tetap bertahan di daerah
uh tidak a
a Vana naik satu oktav
lah," tantang Fandra akhirnya tanpa menga
sama sekali tidak ada rasa
atang ke rumah itu bukan karena Fandra sang tuan muda arogan ta
ia tetap menatap Vana yan
erai sang ratu ak
atapannya masih tertuju pada Fandra di
rseteru saja, bukankah itu bagus, arti
a itu bersamaan menyahut tak t
yak bicara. Perasaan semua orang yang ada di ruangan itu lega melihat reaksinya seketika mendukung keberadaan Vana. Mungkinkah itu ju