Calon Istri Tuan Muda Dingin
a ketika gadis remaja itu mengatakan kalau akan segera sampai di ruangan sang nenek, usai
n marmer dengan sentuhan putih dan pink pastel. Warna yan
g dan tangga. Yeah, dan kamar, serta ruan
aja sudah bosan dengan langk
sana. Seorang penjaga menyambut mereka dan membukakan
ang memperhatikan sekitarnya. Masih
mbut. Dekorasi dinding dengan motof bunga- bunga kecil dan lembut berwarna ungu. Mereka berbelok ke kanan lalu memasuki se
pet yang menampung banyak aksesoris ruangan. Dahi
ggasana. Sofa yang hanya menampung satu orang itu teletak di tengah, di
dekati wanita tua itu. Tanpa sengaja Vana menatap wajah dingin yang
butnya, Vana mendekat dan menyentuh tangan itu tan
a di dekatnya. Vana menurut dan perhatiannya te
menyapa de
. Dia jelas tidak terbi
asang alis hitam tipis di atas sepasang mata kecil yang lembut tapi tatapannya tajam, dua pipi mulus yang meninjolkan sedikit tulang pipinya, tampak begitu tirus
na jatuh ke bibir tebal yang terkatup rapat. Bibir itulah yang menempel dengan mikiknya beberapa saat lalu di taman. Otomatis Vana
gan sekarang. Memalu
Vana kini, juga tengah menatapnya dalam diam. Dia mengawasi
tika pandangannya memperhatikan bibir Vana. "
dan riang dari sampingnya
memeluk Vana yang duduk di seberang meja, jelas saj
nghampiri Vana dan memeluknya lembut tampak begitu senang meskipun baru saja beberapa menit saling bertatapan.
ana," tegur sang ibu ke
yang duduk anggun bersama sang pangeran di sampingnya. Vana me
kak dari Fandra dan Fiona," terang S
salah tingkah. Dia merasa begitu renda
k kembali duduk. Senyuman tak sekalipun luput dari wajahnya yang cantik sa
hut Vana
" puji Alifika yan
dengan Fandra yang mendengus tak percaya melihat sikap keluarganya yang berubah drastis, ka
ajam yang menarik semua p
buru," goda sang kakak melih
itu berderai m
ang ingin bicara atau aku akan
kenapa kembali?" balas san
mulus dengan ekspresi yang tetap
. Dia kini menyimpan sebuah senjata pamungkas untuk menggoda sang kaka
s meminta perhatian semua
ikal, terutama untuk Fandra, terima kasih sudah memutuskan ikut berkum
k pergi melarikan diri karena tahu apa yang akan mereka bahas kalau bukan pernika
iam dan dengarkan," pinta sang nenek menata
nnya di depan dada, menyandarkan punggung ke sofa dan mendatarkan
eser sebagai antisipasi kalau Fandra berontak. Pria den
enyusupi hatinya, terasa hangat menjalari sekujur tubuhnya hanya dengan tatapan tajam nan dingin dari s