Misi 27 Hari Yura
mua orang pasti mengalaminya. Mungkin sala
angkah untuk menjauh dari orang itu, entah kenapa dia justru malah sering muncul. Seo
Tapi tentu saja Langit bukan berniat menggagalkan upayaku. Pa
--
g, berkulit sawo matang, dengan pakaian rapi kini b
alnya, sangat mengenalnya hingga akhirnya aku juga yang kep
i. Tapi langkahku tertahan karena Langit kini menarik
hingga aku merasa
tentu saja tak akan aku turuti. Untuk apa lagi aku bicar
n Langit yang sedari tadi mengg
bali meraih pergelangan tanganku. Kali ini rasanya
sa deh." Indy yang sedari tadi diam menjadi penonton mulai angkat bicara agar La
an sebagai peringatan pada Indy agar diam dan tidak ikut campur. Dan sepert
sama kamu," pintanya lagi denga
du untuk melihatnya lagi dan lagi. Tatapan yang sek
h segampang itu lagi. Ingat upaya kamu untuk melu
dengan nada ketus, sambil memb
embali hadir di tengah-tengah kami hanya karena tatapan teduhnya itu. Aku tak in
untuk laki-laki ini. Ingat ... hanya secuil dan aku ta
ak punya banyak waktu," sambu
ptop," sahut Langit lagi ya
etap sama kan?" Aku mulai jengkel dengan semua permintaanya. Ayolah ... aku sud
yeretku paksa mengikutinya. Tindakannya begitu tiba-tiba hingga tanpa sadar aku menja
apa-apa untuk mencegah Langit. Indy jelas sudah ta
*
menepis tangan Langit, saat
mi tiba di sana. Tapi kehangatan itu justru tak berefek pada hatiku yan
ya mengarah jauh ke langit luas. Aku hanya diam memperhatikannya sambi
akku. Bagiku tak ada lagi hal penting yan
an ini telah selesai maka saat
ar dari mulutnya. Apa sebenarnya mau pria ini? Menyeretk
membiarkanku menunggu tanpa kejelasan d
juga?" tanyaku yang mu
mbalikkan badan dan ingin bergeg
ai bersuara dan sukses
gkah kaki Langit yang kini berjalan mendekat ke arahku. Dekat dan semakin dekat,
mi mungkin hanya berkisar 30 senti. Ia menatapku dengan tat
Nafasku sesak. Yura sadarlah. Jangan biark
ng dia ciptakan saja masih belum s
Langit, sambil kembali menepis ta
sinar matahari. Sungguh, itu jauh lebih baik daripada aku harus beradu pandan
an nada dingin. Tak ingin larut dengan suasana
menjauh dari aku. Lebih baik kamu batalkan niat kamu." Ucap
sama atau ingin meminta maaf, lantaran sudah mematahkan hatiku. Samp
i sini atau pergi, itu sepenuhnya jadi hak aku Langit. Bukan kamu," jawabku dengan tatapa
ang yang paling disalahkan sama Pak Anton atas pengunduran diri kamu
nya karena dia tak ingin namanya jelek
ku tak mau ambil pusing. Ma
au aku bisa mempertahankan karyawan kebanggaannya yang memutuskan berhent
, tanganku mulai gatal ingin mendaratkan sebuah tamp
Itu hanya akan membuatku semakin terlihat kekanak-kanakkan
aku sekarang. Yang pasti aku nggak akan mengubah
..
-mata karena kamu Langit. Kamu itu cuma jadi alasan kesek
ca. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya sekarang, yang jelas
ukup lama menunggu Langit bicara lagi.
da hal yang perlu dibicarakan l
Langit, tapi sedetik kemudian ucapa
emi aku, seenggaknya lakuin itu demi Mama
uluh. Kemarahan yang meluap-luap bagai lava panas sekalipun b
lu kalah jika hal itu berkaitan dengan orang
inggal sejak Langit berusia 6 tahun. Dunia Langit semakin tidak baik-
nggak berhasil ngebujuk kamu, beliau bakal mecat aku," ungkap Langit sam
aku harus dapetin uang buat pengobatan M
a tak bisa sedikitpun menghargai perasaanku, setidaknya dia punya s
atalin rencana kamu, Ra
cul ke permukaan. Aku tak mungkin membiarkan Langit dipecat hanya gar
rada di sini, bagaimana ak
enggamnya erat. Ia memperlakukan aku seolah-olah aku masih kekasihnya. Aku tahu ini
i ... bukan berarti aku mau memenuhi permintaan kamu," j
ggak kasiha
tapnya sebentar lalu beranjak pergi begitu saja. Masa' bodoh
membantu pengobatan Tante Anggi. Aku sengaja menolak permintaannya karena aku yaki
. pas
*