OBSESI MANTAN SUAMI
i depan dada sembari beringsut mundur hingga ke tengah ranjang saat Aditya turun dari tepi
asti merindukan sentuhan ku," tolak Aditya sembari me
eraih bantal, kemudian melemparkannya ke arah Adity
ah lebih dulu menindih tubuhnya dari belakang, sementara kedua tangannya segera bekerja membuka paksa kemeja yang Sarah kenakan hingga robek, begitu juga dengan bra miliknya, serta celana legging miliknya yang nampak longgar hingga m
eka. Tidak perduli wanita itu terus menerus mendesah keras karena mau bagaimana pun tubuhnya mengenal den
*
ar menghiasi wajahnya. Keduanya duduk berdekatan di atas ranjang yang telah kusut bekas pergumulan mereka barusan. Bahkan pakaian yang Sarah kenakan terlihat berceceran d
jelek! Kamu pasti tahu itu, 'kan?!" tegur Aditya dengan nada santai sembari mengepulkan asap rokok ke udara, hingg
ng memerah juga penuh cairan yang mulai meleleh dari dalam. Dimana segera ia bersit d
an kenapa kita menikah? Sementara kamu adalah kekasih dari
r kamu ceraikan, karena dengan begitu aku bisa terbebas dari monster sepertimu!" pekik Sarah murka sembari melemparkan
perti gedebong pisang setiap kali aku meminta hak ku! Begitu?!" pekiknya semakin kuat sembari mendorong tubuh Sarah hingga sang mantan istri jatuh telentan
ang lelaki itu perlihatkan, raut yang sama persis saat lelaki itu merenggut mahkotan
ga yang menemukan keduanya besok paginya dalam satu selimut yang sama, saat
yang menjadi alas mereka, dimana terlihat bercak cairan merah yang telah mengering di sana, juga sisa cairan y
gan wajah semakin merah padam. Bahkan urat-urat
awab, karena dirinya benar-benar ketakutan,
rka, bahkan kedua tangannya ia arahka
kan ke atas, berharap cekikan itu terlepas saat dirinya memukul lengan lelaki itu sekuat tenaga.
cekikan nya pada leher sang mantan istri. Namun menggantikannya den
g ia sukai setiap kali menyatukan diri dengan sang mantan istri. "Jadi ... teruslah melawanku agar aku semakin menyukaimu
wajah mantan suaminya yang kali ini mengangkat tubuhnya, lalu membalikkannya hing
ibir bawahnya, menahan sakit, terhina juga perih dan pegal di
a rodi hingga pagi. Tepat pada pukul lima pagi, Aditya baru mer
a mampu mendorong lemah tubuh lelaki itu agar men
itya!" tukas Sarah dengan nada datar, meskipun wajahnya nampak be
ang lama. Sekitar empat atau lima tahun, karena aku harus kuliah sembari mengurus kantor cabang yang ada
ngat jika Aditya bukanlah orang yang suka ditentang, sehingga iapun me
nak kita akan senang jika melihat ayah dan ibunya bersatu kembali. Selain itu, di sana juga adalah negara bebas, sehingga biarpun kita tidak terikat dalam ikatan pernikahan, kita masih bi
u membabi buta. Namun dirinya berusaha mengukur kemampuannya sendiri yang tid
" tanya Aditya kembali, mende
ku serta memfitnah diriku seperti yang pernah dia lakukan sebelumnya. Begitukah maksudmu?" tanya S
ga kita, karena kamu tidak puas denganku!" tuduh Aditya berang. Ia lantas me
Sarah kesal sembari memiringkan tubuhnya ke kiri, membelakangi Aditya. Tak lupa menarik selimut agar menutupi
nyum simpul. Iapun segera menyusul s