OBSESI MANTAN SUAMI
L
saja keluar dari dalam kamar mandi. Wanita itu terperanjat kaget. Matanya terbelal
siapa. "Kamu memang pantas di tampar, bahkan kalau perlu dibunuh sekalian! Karena kamu itu, tidak lebih dari wanita hi
, Ma?" tanya
ngikuti langkah kaki si wanita tua. "lihat di sana! Apa yang kamu lakukan dengan Rian, hah?!" makinya lantang seraya men
ian bisa berada di dalam kamarku, Ma! Tolong percaya padaku, Ma ... Mas Adit!" ujarnya memelas. Kedua tangannya menyatu di
u tidak yakin jika Satria adalah anak kandung putraku Aditya alias cucu kandungku. Bisa jadi kamu hamil anak laki-laki lain, lalu m
ustru enggan ia sentuh. Aditya menyentak kuat pegangan tangannya hingga terlepas. "Mas ...," panggilnya lirih saat Aditya justru memilih berbalik
*
lian berdua telah resmi bercerai," tukas Hakim Ketua se
usan pengadilan agama. Wanita itu segera berdiri dari duduknya, kemudian berjalan mendekati sang putr
egas berdiri saat melihat kedatangan wanita paruh baya itu.
it!" Wanita paruh baya itu bertitah sembari meleng
idak akan pernah menyerahkan putra saya ke tangan Nyonya apalagi ke tangan ayahnya yang tidak bertanggungjawab seperti itu!" Setela
ku menceraikan mu!" maki Malika dengan sengit sembari menunjuk
embari memegangi kedua bahu ibunya agar tidak berlari mengejar sang mant
hingga keduanya kini berhadapan. Dirinya seketika malu, karena masi
kuk, kemudian segera menyeret put
agama. Sembari menahan tangis dan juga kesal yang menumpuk di dalam dada, wanita dua puluh sa
et angkot saat dirinya telah sampai di halt
lan pundak sopir tunawicara, dimana sang sopir seg
ng diberikan sang sahabat, tak lupa menyalakan lampu sein
net sembari berusaha tersenyum tipis. Iapun segera turun da
enuju rumah yang dia huni bersama sang putra. Dimana kini
a begitu sampai di depan pintu
nggendong Satria yang nampak sedang asyik berceloteh senang. Bahkan air liurnya nampak menetes m
jalan masuk ke dalam, mendekati keduanya, setelah sebelum
mengulas senyum manis. Iapun menyerahkan Satria pada
lonjak senang, karena bisa bertemu dengan ibunya setelah hampir s
embari mengajak Sarah untuk duduk, karena wanita itu nampak hendak memb
ah dengan lirih, karena kini mata Satria mulai
yayangkan sikap Aditya yang mudah sekali menjatuhkan talak
Marni pelan, saat dirinya melihat jika kini S
li dititipkan pada sang pemilik kontrakan, tatkala ibunya harus bekerja di toko roti yang ada di kawasan jalan Ahmad Yani
sai memasang kelambu. Lantas menoleh pada wanita paruh baya nan baik hati itu. "S
nya Marni dengan
in, Bu! Demi Satria dan juga, agar semua hutang saya segera lunas," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca. "tapi
atria ... masih ada Ibu yang akan bersedia membantu mengurus anakmu. Lagipula Ibu sudah menganggap kamu seperti put
bak air terjun. Ibu muda itu seketika tergugu, yang segera ia bungkam dengan me
enangis lah, jika itu bisa membuatmu lega. Karena ada kalanya kita sebagai wanita berada diposisi rapuh. Namun yakin
i mereda. Ia lantas mengurai pelukan mereka, kemudian me
Marni sembari men
sama-sama mele
seseorang dari balik p
esosok laki-laki berpakaian rapi dengan kemeja kotak-kotak dan celana bahan, sedan
yang datang, seketika membelalak