Istri Tawanan Tuan Muda
nya. Ia terkejut saat mendapati
sini sebelum dia datang," tambah Caitlyn bergumam. Ia segera melepaskan selang infus yang menancap di pergelangan tangannya. Itu sedikit terasa sakit sehingga ia pun meringis menahan rasa per
Caitlyn melongok ke bawah, ternyata tempat itu cukup tinggi. Caitlyn mencari akal untuk bisa turun dari sana. Hingga ia teringat s
membuang waktu Caitlyn segera turun dengan mengunakan tali itu. Sampai di tengah-tengah ikatan seprai. Kain tipis itu tidak bisa menahan berat tubuhnya. Sehingga robek dan membuat Caitlyn terjatuh. Caitlyn berteriak kencang saat di udara. Hingga
gumam
masih berpihak padaku," ejek Evan. Ia s
itlyn sambil memberontak. Tetapi, t
itas lengkap yang dikelilingi oleh pemandangan yang menakjubkan. Tetap tak bisa membuat Caitlyn tersenyum. Sepanjang hari ini saja ia memilih untuk menyendiri di dalam kamar sambil menangis di samping jendela kamar yang berhadapan l
akukanmu dengan buruk. Aku pun disini disiksa, Yah. Tolon
dengan senyum liciknya. Caitlyn mengusap air matanya. Lal
embalikan ayahku! Kembali ayahku!
n lalu mendorongnya hingga pung
van tersenyum penuh kemenangan. "Dan membunuh Ayahmu dengan cepat. Bukanlah tujuanku. Karena itu berarti dia
h bunuh aku. Tapi, tidak untuk ayahku. Lepas
kanya aku sangat senang kau menawarkan diri!" Evan berucap sambil memutar badanny
gga dengan cepat ua balik badan sambil menangkis lampu tidur di tangan Caitlyn hingga terjatuh dan pecah. Reflek Evan juga mendorong tu
itu. "Ini kan yang kau mau. Apakah sekarang kau sudah merasa senang?" Ucapan Caitlyn bernada tinggi sebelum ia berlari keluar dari
Evan tanpa melepaskan pandangan
itlyn ke bawah. Sedangkan Evan yang merasa kesa
wab. Ia hanya mengusap kedua matanya yang berair dengan cepat. "Nona! Sini biar saya obati lukanya," tambah Pelayan
ang diinginkan Evan. Biarkan saja aku mati agar
ayangi dirimu sendiri. Kau masih sangat muda. Kau punya mas
a dan juga kebahagiaan. Semuanya hancur!" Air mata Caitlyn mengalir semakin deras. Pelayan tidak tahu harus berkat
lebih tenang karena kini ia memiliki teman disini. Ia pun memeluk erat tubuh pelayan itu. Sambil
Aku merasa lebi
kohol untuk membersihkan darah di tangan Caitlyn yang terus mengalir. Untung saja tidak ada pecahan kaca yang menancap disana. Barbara merawat luka itu sampai t
umnya menghilang. Di sana sudah ada Evan yang tengah menunggunya untu
ang membuat langkah Cai