Bujang Kaya Jadi Budak Cinta
. Ia meneguk minuman yang ada di tangan kanannya namun sebelah m
di drama, di film bahkan di lingkungan kerja. Masa lihat Erhan segini aja udah baper'. Gerutu Nadira dalam hati. 'Tangan loe, tolong ya kondisikan. Jangan coba
uka pintunya lebih lebar seolah memberi piliha
Hanya saja Nadira tidak yakin kalau dia tidak akan menyerang Erhan jika ia mem
etralkan suaranya sebelum menja
ar di kusen pintu. Tak tampak risih sama sekali meskipun t
pemandangan lain yang ia rasa aman. Kepalanya mulai galau, bimba
n disisi lain ia juga ingin tahu dimana keberadaan Gi
di atas dada dan kembali menye
Nadira bingung harus meng
" tanya Erhan dengan e
ra, mulai kesal karena jelas
dengan tatapan geli. "Jadi, sekarang kau ber
yang berbanding terbalik dengan kegugupannya membuatnya semakin kesal. Padahal pria itu tidak melakukan apap
Permintaan yang akan aku sesuaikan dengan situasi dan kondisi." Ucapnya lagi yang membuat Nadira terbelalak tak percaya. "Jadi, bagaimana? Empat-empat, cukup?" tanyanya. "Atau kau punya permintaan lain lagi?" tantangnya. "Pertanyaanmu dan permintaanku akan be
dak." Tolaknya cepat. "Cukup empat saja. Jadi apa permintaan pertamamu?" Tanya Nadira. "Jangan memintaku melakukan hal yang aneh
an. Malah aku yakin, permintaanku akan menguntungkan dan menyenangkan bagi
irkan yang aneh-aneh." Ancam Nadira se
itu urusanku, tetangga. Jadi...
Bisa saja itu hanya pikiranmu saja yang kotor'. Nadira bermonolog dalam hati. "Baiklah. Beri aku jawaban, dan ak
Tanya
bat tangan pria itu. Namun setelah beberapa saat, pria itu tidak
ni untuk pertama kalinya kau menyebut namaku." Ucap pria itu tepat di telinga Nadira. Nadira terbelalak, napasnya berubah memburu ketika m
endorong dada pria itu
dan kembali menarik tangan Nadira, lebih kuat dari pada sebelumnya sehingga Nadira kembali menabrak tubuh pria itu. nadira dibuat semakin terkejut karena
membelalakkan matanya memandan
ku akan memberikan jawabanmu." Lanjut pria itu lagi seraya menahan pintu supaya Nadira bisa masuk. Namun Nadira mematung. Ia memandang Erhan seraya menggel
r. Ia tahu ia bisa saja mundur saat ini. Tapi jika ia melak
ia bisa merasakan Erhan menutup pintu. Nadira berjalan dengan cepat menuju ke tengah ruangan. Memberi jarak
n masuk ke salah satu pintu tertutup yang ada disana. S
nya, sama seperti di unitnya, satu kamar memiliki kamar mandi di dalam. Pantrynya sama dengan milik Nadira, dan bahkan tampaknya memiliki perabotan yang lebih lengkap daripada miliknya. Dan