PERTEMUAN TERAKHIR
aksi lainnya dipinggiran pintu keluar bandara, setelah berujar sebentar tentang arah tu
un kutinggalkan ini terasa agak panjang karena kemacetan beberapa ruas jalan yang kami lalui. Akupun akhirny
sampai" panggilan supir taks
pemandangan di luarnya bisa jelas kulihat dari dalam. Entah sudah berapa lama a
gung. Aku ternyata sangat lupa pada daerah masa kecilku ini. M
betul
aksinya, pak supir hendak masuk kembali ke mobilnya, namun, sebelum ia masuk mobil, ia sempat bertanya,"Mbak, beneran kan mau kedaerah ini?
pa, tapi tak apa, yang penting nama kampungnya sudah benar, saya bisa bertanya pada orang sini nanti." jawa
u mengingat sebuah gang yang tadi kulewati, kalau tak salah, didalam gang itu ada rumah teman masa kecilku dulu, aku sering bermain
sana?" gumamku sendiri sambi
ng rumahku dulu, yang hanya berbeda tiga gang saja dari rumah Tini, bed
kku. Padahal aku telah melewati beberapa gang
a rumah bapak yang juga luas dan bagus. Dijaman kecilku dulu, bapak adalah seorang yang kaya raya. Tanahny
amparan sawah yang dulu milik bapakku yang membentang dis
dan mampu mengubah daerah perkampungan dipinggir i
Bapak? Apa Bapak sudah menjua
ari rumah masa kecilku itu. Aku benar-benar telah lupa jalan menuju rumahku yang dulu, karena sama sekali tak ada tanda menuju ke sana. Semua sudah ber
abis baterai. Aku langsung lemas dan meneruskan berjalan kaki dengan berpi
enepi di sebuah warung. Tadi aku juga sudah mencoba berjalan mengarah ke gang rumah Tini, tapi entah men
g ada didepan warung tempat aku berhenti, kemu
k.gl
inumanku hingga menenggaknya sampai separuh botol, hingga dahagaku hila
lah si pemilik warung, bertanya keheranan. Ia memperhatikanku dari ujung kaki
ini, maaf Bu, saya kehaus
a" sahutnya ramah tapi tak meng
anya, apa Ibu kenal
ningnya,"Pak Anggoro yan
ebagai istri bapak, daripada nama ibuku, padahal Risna, adalah janda bahenol yang berhasil
g 'yang dulu', apa sekarang sudah tidak lagi? batinku. Aku makin penasaran dengan kead
dimana r
aksud, kemudian menambahkan,"Itu didepan ada pertigaan, Mbak ambil sebelah ka
umahku dulu tak melewati gang sempit. Apa karena makin banyaknya pemban
pkan terimakasih, aku langsung bergega
nuruti perintah ibuku di New York sana yang akhirnya mengiyakan permintaan Tante
pat langkah setelah kulihat gang sempit
mpit yang hanya bisa dilewati satu motor itu.
akin tergesa. Hingga kulihat seorang wanita yang sam
lku pada wanita yang sekarang hanya berjarak dua meter d
ggi
k antara rindu, dan sedih, lalu saling memeluk. Rindu karena lima belas tahun sudah kam
akannya yang kecil dan wajahnya yang tak banyak b
kamu datan
kali menyuruhku datang!" Tini menyengir
pakmu Git! Mengantarkan maka
lain si janda bahenol itu?! Apa istrinya tak akan marah kalau ada orang lain membawakannya makan siang? Ahh sungg
kan lamunanku."Itu, rumahnya yang berpagar bambu" ia lalu menunjuk se
ambil memandang dari kejau
epatlah datang, bapakmu
..ada siapa di s
Sudah datangi saja
ong bilang sama tante Marti, aku s
butuh apa-apa, kabari saja ya, sekarang aku pulang dul
nnya, menjaga bapak? Yang bena
u dengan sejuta ragu. Apa yang terjadi dengan Bapak selama lima belas tahun terakhir? Kemana sawah lua