PERTEMUAN TERAKHIR
ajahnya semakin dekat dengan
enai bapakku" ucapku spontan. Meski aku tak
mengusap airmatanya kemudian mencium singkat keni
erti tak mau mendongak, atau melihat keara
!" Tini memanggilku, ia sudah
k. Aku menunggu wanita itu memperlihatkan wajahnya. Namun tetap saja, ia terus menunduk, rambut dibiarkan
tahu dan tak suka aku terus memperhat
ulu" sahutku bermaksud menyuruh dengan halus si wanita yang men
jangan-jangan wani
ihatkan wajahnya untuk sekedar pamitan padaku
capanku, tetap dengan menunduk bahkan kini selendangnya ia gunakan untuk
ik badan, membelakangiku,
balasku, "
sambil tetap m
beraninya memanggil bapakku dengan kata Sayang, siapa kamu sebenarnya?!"
jenazah bapakmu, itu tak sopan!" kini tante Marti ikut bicara, ia
engarah padaku, la
hidup dalam kesengsaraan di masa-masa terakhirnya?! Apa kau malu menatapku? Atau takut?! Apa kau kena
menegakkan kepala,
las tahun tak cukup waktu untuk membuatku lupa pad
t!" hardiknya kasar. "Aku masih menghormatinya sebagai suami, kar
kan. Kau bisa kan? Kau tadi bilang kalau bapak masi
dian berjalan keluar rumah, me
n saja dia di sini?" ucap ta
k, kemudian b
di jenazah, kemana saja ia selama ini, kenapa tak mengurus bapak?
sampai tak habis pikir, kemana harta bapak yang banyak itu, kenapa di hari tuanya ia malah memblangsak, lalu..apa karena bapak sudah jatuh miskin, lalu Risna meninggalkannya?
ap di rumah Tini, ak
" kataku yang sudah merebahkan diri diatas ranjang empuk milik Tini. "Aku ingin mengaji lagi didep
menga
kalau aku yang meski anaknya yang sudah ia buang, namun masih bisa
pi aku salut, kamu kua
apak menjadi orang yang asing bagiku. Ia bukan bapak yang setiap hari bisa kulihat dan kucium tangannya saat aku berangkat sekolah, bukan bapak yang memberiku uang jajan, dan bukan ju
enghilangkan semua lela
u rumah bapak. Kutinggalkan koper besarku di rumah Tini, karena setelah pemak
ah tak ada lagi yang bisa kulakukan di sini. Bapak sudah tia
" ujar tante Mart
berangkat dulu ya tante. Assalammuala
? Rasanya penasaran sekali. Aku berharap ia benar-benar ada, karena ada ba
ih dalam keadaan tertutup. Kuketuk
waban. Akhirnya
ammual
pak masih terlihat membujur ditem
liling yang sedikit berantakan. K
apak di tengah ruangan, kini tampak tidak teratur letaknya, seperti ada
sudah terbuka. Padahal aku sangat yakin, kemarin masih dalam keadaan tertutup. Tak
ita itu? Tap
ak sanggup bermalam dengan jenazah suaminya. Tapi, keningku kembali mengernyit melihat keanehan kamar bapak ini. Spreinya berantakan, juga dengan lemari pakaiannya yang pintunya
kaian yang menurutku bagus. Bapak...sesusah itukah hidupmu h
terasa nyer
mari itu setelah s
dengannya di sini, kami berbicara hangat, sampai menangis bersama...tapi kini, bapak sudah pergi jauh. Aku sudah tak akan
, aku begitu lamban hingga
lah dikagetkan dengan umpatan k
imana ia letakkan barangnya?! Dasar tua bangka
ngambil kotak hitam. Berjongkok dengan kepala menunduk agar tak terbentur ranjang bagian bawah. Kupasang teling