PERTEMUAN TERAKHIR
ar ucapanku langsung bereaksi. Mer
ikut membel
-bapak sekalian secepatnya menguburkan almarhum suamiku, janga
u masih pantas disebut istri?!" balasku tanpa ketakutan, apalagi keraguan. Hidup belasan tahun dalam kesulitan sudah
menghidupi ayahmu itu! Kalau tak percaya, kau tanyalah orang-orang di sin
ak geriknya yang sangat mencurigakan tadi, hatiku berkata dialah yang menyebabkan bapak cepat meninggal. Makanya a
Anggoro sekarang, jangan ditunda lagi, apalagi mau diotopsi segala, Pak Anggoro kan memang sudah lama sakit, jad
gu mobil jenazah tiba saja Nak.." kali ini seora
, ikhlaskan bapakmu..supaya beliau tenang di sana...beliau sekarang sudah
alnya, kita harus tahu kepastiannya kan...aku tadi melihat ada garis biru dilehernya, aku ya
Git, jadi mungkin memang itulah saatnya yang terakhir, aku rasa tak ada
ya, semakin lama dimakamkan, maka semakin tersiksa belia
ada yang pe
a bapak memang meninggal sesuai
kilahku yang masih menginginkan bapa
leher bapak, setidaknya aku cukup lega, mereka bisa melihat sendiri
itu adalah tanda dari tali pengikatnya Neng, tak ada yang aneh.." ujar seora
pemakaman suami saya seperti yang seharusnya. Kasihan suami saya kalau terus ditunda begini" Risna
angka jadi kamu berpikir yang aneh-aneh..." tutu
srah pada keputusan bapak-bapak di sini yang akan
an tatapan kosong. Mungkinkah aku hanya sedang berhalusinasi? Mungkinkah
na tak kunjung hilang, apalagi ucapannya saat di
da didepan pusara bapak. Mulutku tak berhenti bertahlil
berlalu bersama orangtuanya setelah aku mengangg
tak akan melupakan bapak begitu saja...terimakasih untuk satu hari kemarin, ternyata bapak benar-benar menunggu kedatangan Gita lalu pergi jauh, maafkan Gita yang tak bi
arin, terimakasih sudah jadi bapak terbaikku sampai tujuh t
kuacuhkan saja. Matanya tajam dengan bibir yang tipis, ia memakai sweater bertopi yang berwarna hitam. Mungkin ia juga pelayat dari makam lain, atau..mungkin tetangga bapak yang jug
mudian menaiki kursi tengah p
di sana sebelum benar-benar pergi meninggalkan tempat itu dan mungkin..tak kan kembali lagi. Karena aku sudah bere
ng bersama ke rumah kami." Tawar tante Marti yang se
dirian pun ngga
e juga tenang!" sahut tante Marti yang akhirnya kuiyakan s
i rumah bapak. Tadinya aku kesini bermaksud memergoki Risna yang mungkin akan ke
amu sudah sangat baik pada keluargaku...ohya, aku mau tanya, apa benar yang
snya gagal, jadi semua harta habis terjual demi membayar hutang. Mereka hanya mampu membeli rumah sederhana ini untuk ditempati.
tah
gan. Sedang bu Risna mulai bekerja di luar kota dan jadi sa
kesulitan hidup yang bapak
tak punya an
n dua anaknya saja dari pernikahan sebel
ua? Aku baru tahu..bukannya dia dulu janda kembang?
kecantikannya, setahuku orang-orang di kampung ini melabelinya begitu
kecil tak mengerti hal-hal semacam itu, yang kutahu ha
te Marti menampung kami dan memberi kami kamar untuk tinggal. Dari Om Mirwan, akhirnya ibu diperkenal
uan Richard di perumahan elit di pusat ibukota, meninggalkan kampung d
ok Tin..." ucapku lirih sambil me
a dari sini Git, sebagai ke
buah kotak berisi kenang-kenangan untukku.
isi
lalu teringat sesuatu, "Tapi ada sesu
bibir masing-masing. Khawatir ada orang yang mendengar percakapan kami. Pikira