icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

PERTEMUAN TERAKHIR

Bab 7 pemakaman

Jumlah Kata:1369    |    Dirilis Pada: 12/12/2023

ar ucapanku langsung bereaksi. Mer

ikut membel

-bapak sekalian secepatnya menguburkan almarhum suamiku, janga

u masih pantas disebut istri?!" balasku tanpa ketakutan, apalagi keraguan. Hidup belasan tahun dalam kesulitan sudah

menghidupi ayahmu itu! Kalau tak percaya, kau tanyalah orang-orang di sin

ak geriknya yang sangat mencurigakan tadi, hatiku berkata dialah yang menyebabkan bapak cepat meninggal. Makanya a

Anggoro sekarang, jangan ditunda lagi, apalagi mau diotopsi segala, Pak Anggoro kan memang sudah lama sakit, jad

gu mobil jenazah tiba saja Nak.." kali ini seora

, ikhlaskan bapakmu..supaya beliau tenang di sana...beliau sekarang sudah

alnya, kita harus tahu kepastiannya kan...aku tadi melihat ada garis biru dilehernya, aku ya

Git, jadi mungkin memang itulah saatnya yang terakhir, aku rasa tak ada

ya, semakin lama dimakamkan, maka semakin tersiksa belia

ada yang pe

a bapak memang meninggal sesuai

kilahku yang masih menginginkan bapa

leher bapak, setidaknya aku cukup lega, mereka bisa melihat sendiri

itu adalah tanda dari tali pengikatnya Neng, tak ada yang aneh.." ujar seora

pemakaman suami saya seperti yang seharusnya. Kasihan suami saya kalau terus ditunda begini" Risna

angka jadi kamu berpikir yang aneh-aneh..." tutu

srah pada keputusan bapak-bapak di sini yang akan

an tatapan kosong. Mungkinkah aku hanya sedang berhalusinasi? Mungkinkah

na tak kunjung hilang, apalagi ucapannya saat di

da didepan pusara bapak. Mulutku tak berhenti bertahlil

berlalu bersama orangtuanya setelah aku mengangg

tak akan melupakan bapak begitu saja...terimakasih untuk satu hari kemarin, ternyata bapak benar-benar menunggu kedatangan Gita lalu pergi jauh, maafkan Gita yang tak bi

arin, terimakasih sudah jadi bapak terbaikku sampai tujuh t

kuacuhkan saja. Matanya tajam dengan bibir yang tipis, ia memakai sweater bertopi yang berwarna hitam. Mungkin ia juga pelayat dari makam lain, atau..mungkin tetangga bapak yang jug

mudian menaiki kursi tengah p

di sana sebelum benar-benar pergi meninggalkan tempat itu dan mungkin..tak kan kembali lagi. Karena aku sudah bere

ng bersama ke rumah kami." Tawar tante Marti yang se

dirian pun ngga

e juga tenang!" sahut tante Marti yang akhirnya kuiyakan s

i rumah bapak. Tadinya aku kesini bermaksud memergoki Risna yang mungkin akan ke

amu sudah sangat baik pada keluargaku...ohya, aku mau tanya, apa benar yang

snya gagal, jadi semua harta habis terjual demi membayar hutang. Mereka hanya mampu membeli rumah sederhana ini untuk ditempati.

tah

gan. Sedang bu Risna mulai bekerja di luar kota dan jadi sa

kesulitan hidup yang bapak

tak punya an

n dua anaknya saja dari pernikahan sebel

ua? Aku baru tahu..bukannya dia dulu janda kembang?

kecantikannya, setahuku orang-orang di kampung ini melabelinya begitu

kecil tak mengerti hal-hal semacam itu, yang kutahu ha

te Marti menampung kami dan memberi kami kamar untuk tinggal. Dari Om Mirwan, akhirnya ibu diperkenal

uan Richard di perumahan elit di pusat ibukota, meninggalkan kampung d

ok Tin..." ucapku lirih sambil me

a dari sini Git, sebagai ke

buah kotak berisi kenang-kenangan untukku.

isi

lalu teringat sesuatu, "Tapi ada sesu

bibir masing-masing. Khawatir ada orang yang mendengar percakapan kami. Pikira

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka