Membongkar Pengkhianatan Suamiku
a
mengucap salam terlebih dulu. Biasanya aku selalu mengucap salam saat hendak memasuki rumah
ie instan berserakan di atas kompor. Meja makan berantakan. Gelas-gelas yang tadi pagi telah ku
ada sambil beristighfar berulang
kan seperti kapal pecah. Tidak cukup sampai di situ, saat memasuki ruang tengah, sampah kacang kulit be
il beristighfar. Baru sebentar wanita itu tinggal
a lakukan sampai rumah
ek lagi setelah menyaksikan
wanita itu. Pikiranku terlalu fokus dengan rumah yang berantak
up rapat, nampaknya Rin
s ranjang dengan hanya memakai celana hawai saja. Kuperhatikan
Mas Farid terkejut. Benar sekali, Mas Farid akhirnya terban
tanya Mas Farid. Ia kini duduk di atas ranj
g kalau aku pulan
cepat." Mas Farid malah balik bertanya padaku. Kelihatan sekali bahwa ia tidak suka aku pula
segala ke rumah? Mas kan tahu kalau aku di butik, kenapa Mas mal
, mungkin kamu nggak kerja, karena enggak enak ninggalin tamu sendirian di
ak
igaan gitu sih?" Mas Farid mal
a apa-apa, enggak usah
ah saja! Sampah berserakan di mana-mana, dari ruang tamu sampai dapur. Kalian di rum
rpanjang. Mas capek," ucapnya, kemudian melangkahk
ri ini Mas nggak ngantor?" tanyaku penuh selidik. Mas Farid ter
sedang menyembunyikan sesuatu pasti ia akan menggaruk-
jawab
amimu saja. Mas mau mandi dulu, ya!" Mas Farid mengambil handuk
gungkap apa sebenarnya yang terj
*
Wajahnya terlihat lebih segar. Ia membuka lem
mah yuk," ajaknya dengan san
beresin. Kan kalian yang berantakin
Jangan dulu ganggu dia. Kasiha
u saja yang menyuruhnya," tegasku. T
umahku, sudah berantakin rumah, tapi
tok ...
a jawaban. Kuketuk lagi pintunya, hin
enta
. Aku sungguh terkejut saat melihatnya hanya m
Mbak?" tan
tidak suka kamu berpakaian seperti ini. Di rumah ini
berniat merebut suamimu, Mbak. Aku itu cuma kepanasan," kilahnya.
h ini wajib mematuhinya," tegasku agar ia ta
kan seperti kapal pecah? Sekarang juga kamu bersihin, ayo cepat," perintahku pada
lewatiku yang masih berdir
keluar kamar dengan pakaia
mengumpat, "dasar cerewet," lirihnya. Me
anyaku dengan sorot mata taj
, Mbak," kilahnya. Pad
uk memastikan bahwa ia memakai baju y
a memonyongkan bibirnya karena
hanya numpang." Aku sengaja berk
tiba aku merasakan sesuatu yang berbeda di kamar ini. H
ng ruangan, ternyata benar bahw
i? Setahuku hanya kamarku dan
, tidak sabar ingin mendengar jawabannya. Berani sek
." Ia gelagapan, sepertiny
u melipat tangan di atas dada, wanit
a tangisan yang kudengar. Rini malah menan
angis?" Tiba-tiba Mas Farid s
ma nanya, eh ... dia malah na
gukan, sedangkan Mas Farid
ahku dimana, coba?" Aku mengedikkan bahu, pertanda tid
s disakiti, padahal aku tidak melakukan apapun padanya
h orang buat masangnya. Mas enggak tega lihat Ri
n cicilan mobil yang harus dibayar tiap bulannya. Sekarang malah be
u masuk ke kamar sambil membanting pintu dengan keras, sehingg
ambu