Membongkar Pengkhianatan Suamiku
a
membuang muka padanya, Mas Farid pun berusaha mer
pendapatku tentang pembelian AC itu, Mas?" Suaraku sedikit
bisa menolak keinginan Rini. Ti
rmintaan wanita itu, sementara cicilan mobil dan rumah sudah mendekati tanggal
an gajian, mana uangnya, Mas?" Aku menengadahkan tangan, meminta gaji suamiku yang biasanya setiap
juga. Sisanya tinggal sedikit lagi untuk biaya transportasi Mas selama sebulan kedepan," jelasnya deng
a mungkin suamiku lebih mementingkan ora
tinggal seorang diri di kampung. Aku tidak pernah mempermasalahkan jika Mas Farid selalu mengir
nang. Jujur, aku tidak merasa nyaman lagi berada di rumah ini setelah wanita itu tinggal di sini. Ia sudah
bisa mengelus dada setelah m
bil bulan ini, kamu dulu ya yang membayarnya. Kamu kan tahu sendiri kalau gaji Mas bulan ini suda
pi tidak untuk kali ini, jelas-jelas Mas Farid sudah keterlaluan. Ia lebih mengutamakan hal yang t
n selama ini, gaji Mas saja tidak bisa m
n sehari-hari, bayar PDAM, tagihan listrik, dan lainnya yang selama ini memakai uang hasil pen
kup jika aku tidak membantunya. Bagaimana tidak, total pengelua
nya, tagihan listrik tiga ratus ribu, bayar PDAM dua ratus ribu, biaya transportasi dan peg
untuk dua orang. Tapi selama ini aku tidak pernah mengeluh. Aku masih bisa memenuhi kebutuhan k
lan, enggak tahu
ngabaikan tanggung jawab Mas sendiri." A
i Mas padamu seutuhnya, seperti yang Mas lakukan selama in
itu masih tinggal di rumah ini, pasti
ku dari genggaman Mas Farid, mengambil tas tangan, kemudian meng
berdiri tepat di depan pintu kamar
las berdebat denganmu. Menyingk
ini, Dek. Mas tidak ingin terjadi sesuatu padam
ggalkan mereka berdua di rumah, mereka akan lebih leluasa melakukan apa yang me
gi. Sekarang keluarlah dari
" Akhirnya Mas Farid keluar dari dala
tok
s buah untukmu." Terdengar suara Mas Farid memanggilku, pa
mengambil jus tersebut kem
marah lagi. Hatiku masih sakit, Mas. Untuk
*
rasa sakit dan pusing. Entah kenapa, sudah dua hari setiap b
s Farid ternyata tidak ada di sampingku. I
api tiba-tiba tibuhku terjatuh ke lantai. Rasa sakit di kepalaku semakin menjadi.
un tengah malam, pasti Mas Farid tidak ada. Anehnya saat aku terbangun, Mas Farid sudah berada di atas ranjang, sedang terlelap. Jika kuta
Biasanya aku tidak pernah tidur cepat. Jangan-jangan, Mas Farid mencampurkan sesuatu k
mbung