Membongkar Pengkhianatan Suamiku
a
a, aku segera turun dari ranjang mes
ar ini. Aku masih mengingat dengan jelas bahwa semalam
lap tanpa mau membangunkannya. Biarka
ke kamar mandi untuk
dak ada lagi sampah yang berserakan. Begitu juga deng
ur terlalu cepat. Sehabis meminum jus yang dibuat oleh Mas Farid,
an air, aku kemudian mengambil w
u akan merasa jauh lebih tenang. Pikiranku yang tadi s
*
buah yang kubeli beberapa hari yang lalu sudah ludes tak
eja kompor. Aku biasa menyimpan mie instan dan juga cemilan di
lapar, ia bisa memasak ikan atau ayam yang sudah kusiapkan di kulkas, atau mengambil c
esal dengan kelakuan Rini dan juga Mas Farid. Aku yang capek kerja siang malam, tapi wanita itu yang menikma
umah lainnya. Aku akan membeli sarapan di luar, Mas Farid juga akan sarapan
atu. Aku mengambilnya dan mengamatinya. Seperti bungkus obat, tapi a
ir. Kuambil ponsel dan membu
ungkus tersebut, meskipun tulisannya keci
ngernyit karena bungkus obat yang sedang ber
ngkus obat ini ada kaitannya denganku yang sudah dua malam ini tidur
ini, banyak sekali kejanggal
dalam kantong gamis yang kukenakan
perlahan. Kuulangi lagi beberapa kali sambil
Lebih baik aku menyiram bunga di ha
mandi. Rini hanya mengenakan handuk di atas lutut, padahal aku sudah mengin
ya menutupi tubuh bagian atas sampai lutut. Apa seperti itu
," sapanya
rti tanda yang sering diberikan oleh Mas Farid padaku. Siapa yang tidak curiga saat melih
g sih! Rini permis
menghentikannya, "tunggu! Aku i
kemudian berbal
merah seperti ini?" Jari telunjukku me
merapikan rambutnya yang te
ni mau minta tolong sama Mbak Adel buat ngerokin Rini, tapi
Bisa saja ia telah melakukan sesuatu. Apalagi se
ambil mengipas-ngipaskan tangannya pertanda bah
akangan ini. Ceritanya sama persis seperti si Rini. Sepupu atau pembantu muda yang tinggal ser
bab yang dikunci, apalagi temanya tentang pelakor. Tapi biarpun aku suka den
an untuk menyiram bunga. Memutar keran untuk mengambil air
di depanku, entah sejak kapan beliau ada disitu. Aku terlal
ucapku sambil ter
amu sakit?" Bu RT mendeka
inkan Bu RT agar ia tahu bahwa aku baik-baik saja
belum?" bisik Bu RT di telingaku. Mungkin beliau ti
ti apapun. Niatku untuk mengawasi Rini dan Mas
mengganggu suamimu," pesan Bu RT sebelum beliau pergi dan berkumpul
ariin kamu dari tadi." Mas Farid mengh
a karena masih kesal
masu
menjawabnya, hanya me
pan? Mas kan mau berangkat kerja. Tolo
, Mas. Mas sarapan di
a. Ia masih berusaha tersenyum, lebi
ini sudah habis buat beli AC, buat jatah bulanan Ibu dan juga uan
santai, tapi aku yakin ucapanku
Rini ya. Dia kan sedang hamil, jadi enggak bagus jika
a ayam, telor dan ikan. Suruh saja dia masak, biar nggak keenakan numpang geratisan." Aku sengaja bicara seperti itu untuk m
langsung memakai sepatu kerjanya
pamit
a, aku tidak bisa menolaknya
u sedang duduk di ruang makan setelah mengambil piring dan sendok terlebih dahulu di rak pirin
?" Ia bertanya dengan santai
pan, beli sana,
usah jutek gitu," ucapn
aja. Jika kamu lapar, kamu masak saja. Ada sayuran, ayam dan i
r mandi juga jangan lupa disikat. Aku nggak sempat, lagian kamu kan nggak ada kerjaan di rumah." Aku se
padaku, ia sama seka
.. malah mau dilayani juga seperti tuan putri. So
mbung