Istri Untuk Duda Tampan
ya, meskipun aku tak
pa sadar bahwa seluruh hatik
, dan tak in
inggalkan, apala
*
ng malas pria yang kini tengah duduk di hadapannya. Nama pria i
ng Caliana yakini hasil dari perawatan salah satu salon kecantikan. Pakaian yang ia kenakan juga bukan pakaian murahan. Tentu saja, ibu Caliana mengata
keluarganya dengan bangga namun selalu saja merendahkan orang lain. Dia mengomentari setiap orang yang masuk ke penglihatannya. Mem
n dingin yang kini ada di hadapannya pada pria itu. Kalau saja tidak harus memenuhi perminta
biasa." Jawab Cal
jelas di telinga Caliana. "Bukannya mendiang ayah kamu itu p
wab Calia
gak kerja di perus
awab pertanyaan Caliana dengan anggukkan antusias dan ekspresi yang jelas tampak bangga. "Terus kenapa kamu jadi penganggur
gak kerja keras?" C
uhnya, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan melipat kedua tangannya di depan perut. "Aku perlu biaya salon, untuk perawatan wajah
et outfit branded itu gak murah. Kamu sendiri, pakai jam harga berapa tadi? Tiga rat
tuk pekerjaan rumah, aku dilayani asisten rumah tangga dan tukang kebun sendiri. Aku emang cuma staff di Coskun, tapi penghasilanku sebagai investo
biaya hidup aku. Karena aku gak mau keluarin sepeserpun uang
on suami aku punya saldo dua kali
i-kali lipat sih ya." Ucap Caliana yang me
kan bahunya ke depan meja. Menopangkan kedua sikunya di
pa?" Tanya Caliana dengan ekspresi tertarik. Ia mengangkat sebelah alisnya dan menuntut E
ak perlu ragu tentang itu."
n senyum manis terukir di wajahnya. "Kalo emang lebih besar dari punya aku, aku akan bilang sama Mama kalo aku mau
ggukkan kepala. Matanya terus memerhatikan pria itu yang sesekali memutar kepala untuk melihatnya. Setelah Eri
saja keluar dari kamar mandi, dia melihat layar
liana hanya menanggapi kemar