Istri Untuk Duda Tampan
n ponsel dari telinganya, namun saat melihat benda persegi pipih itu ada di atas k
engibaskan tangan pelan untuk mengurangi kadar air yang me
di seberang sana. "Loe lagi dimana sih? Jangan
?" Kekeh Caliana. Ia kembali memandangi wajahnya di cermin, membetu
gak masuk kerja terus nambahin kerjaan gue? Baru aja weekend kemaren gue puji-puji loe, sekarang loe ng
setitik dulu." Jawab Caliana dengan santainya yan
oe
liana jujur pada akhirnya karena ia enggan men
atnya itu dengan nada yang lebih manis. "Ngecengin bos dong disana?" Ta
emiliki romansa kantor antara anak buah dan majikan. Caliana tidak bisa meny
pur dengan masa depan dan juga kehidupan romansanya,
gue apaan?
ajin perawatan, Na. Gak kayak disini, cowoknya udah pada rumeuk (buram)
nelepon gue." Tanpa menunggu jawaban dari seberang sana,
lantai lima belas." Perintah atasannya itu. Caliana mengiyakan dan dengan seger
a di jok belakang mobilnya. Dengan segera Caliana
ngkah kaki yang mendekat. Ia melihat seorang pria dan wanita yang berjalan dalam posisi saling menempel satu sama lain seperti pasangan yan
um!' Gumam Cali
ara pria itu memandang Caliana padahal kekasi
pria itu memandang Caliana dengan tatapan penuh pe
era melangkah masuk, berharap pasangan itu tidak mengikutinya. Sayangnya doa Caliana
si pria dengan suara rendahnya yang
jas mahal itu tahu untuk bersikap sopan s
elas dan kemudian menekan angka
i di belakangnya masuk ke dalam lift, Caliana sempat memerhatikan apa yang
wanita yang kini berdiri di belakangnya-yang entah sedang melakukan apa karena Caliana mendengar suara gemerisik kain-memakai pakaian
potongan rok yang mencapai setengah paha. Belum lagi ukurannya terlalu membungkus erat tubuhnya sehingga Caliana
sendiri. Tapi jika melihat lantai yang mereka tuju, Caliana menduga kalau p
lakangnya terdengar semakin jelas. Ia mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya di lantai dan bersenandung lirih supaya suara i
di kepalanya. Ya Tuhan, ini masih pagi. Jangan bi
n diri. Melihat angka demi angka yang terus bertambah di sepersekian detiknya. Dan, ting! Pintu lift akhirnya
orang wanita yang Caliana yakin mer
na setelah menggelengkan kepala beberapa
mengiyakan. "Mbak silahkan masuk terus, lewati dua pintu. Rapat seluruh cabang ada di pintu
nsparan. Di dalamnya tampak orang-orang sedang melakukan
emiliki dinding kaca tebal yang transparan dengan meja
Mungkin jenis kaca yang bisa melihat keluar ruangan na
untuknya. "Saya cari Bu Shelly." Suaranya lirih. Wanita paruh baya yang