Mencari Cinta Sejati
inum tumpah karena kaget. Tapi tak lama ada sebuah tan
eorang memprovokasi, akupun berdiri dan menatap kedua orang yang ada di depanku. Kak Ega denga
n semua yang dibilang Chika n
ke Tina dan Yeni. Dia hanya mencari alasan ka
Lanjutnya dengan langkah yang lebar meninggalkan aku dan juga Chika. "Chika kamu bali
ap siap untuk dipecat!" bisik Chika seray
u yang disalahkan, apa salah jika aku hanya minum untu
langkahkan kaki menuju ruangan Kak Ega.
intu dan masuk ke ruangan Kak Ega se
rame? Apa kamu tahu, tadi ada saudara big bos yang kesini, dan dia protes karena hanya ada satu orang yang ada di dep
hanya untuk membatalkan puasa dan sebelum saya kebelakang saya sudah memastikan semua pengunjung mendapatkan pesanann
a Chika dalam masalah ini!" bentaknya lagi tidak terima dengan apa yang
patan yang telah anda berikan! Saya yakin kebenaran akan se
ker, kupandangi sekeliling cafe untuk terakhir kali d
ipanggil Kak Ega? Ada masalah apa Git?" tany
jika selama ini ada salah sama kamu. Aku pamit Tin, assalamua
Ada masalah apa?" tanya d
ihat dia bisa murka, jangan sampai kamu senasib sama
untuk berbuka puasa. Sebelum sampai di rumah eyang, kulang
jalanan sepi dan gelap jadi tidak ada orang yang tahu jika aku tengah menangis. Ter
nghadap sang kekasih sejati. Selesai menunaikan kewajiban kuadukan semua kel
k.
k.
k.
ar suara Eyang Ti dari luar kamar, sep
buka pintu dan menemui Eyang
duduk di kursi dan asyik dengan ponsel yang ia genggam. Ku pandang sekilas cowok yang berbaju koko dan masih memakai
u sakit?" ucap Eyang serata memegang dahiku untuk memastikan, ad
yang," jawabku dan kini k
isa bantu," tutur Eyang lagi dan kami duduk di kursi panjang ruang tamu. "An, tol
dia mengenalku? Ah entahlah, aku saja baru bertemu sama dia kok. "Aku pulang besok E
rita ke Eyang apa yang sudah terjadi. Raut k
ggak salah harusnya dia memecat Chika bukan kam
harus keluar dari cafe. Aku yakin masih ada
s tahu, dia pemilik cafe itu!" ucap Eyang kekeh dengan pendiri
ucapnya mengalihkan
sama. Dia lantas kembali mencium tangan E
ang menyuruhku untuk ke ruang makan. Sedang
dijawab beliau dengan anggukan dan senyuman. "Makasih
bahkan terlihat lesung pipi saat dia terse
ucapku lagi sambil berla
u dengar Eyang Ti b
u telepon bang Haris saja Eyang? Biar dia tahu, masak orang nggak salah malah dipecat.
ilang ke Haris. Nanti biar Eyang sendiri yang bilang
ana? Cantik tidak?" uca
empuan Eyang pasti c
tik, baik dia juga sholeha, Eyang pengen kamu bisa dekat dengan dia. Syukur syuk
an dari Anwar tapi aku tidak ingin jika pembicaraan mereka terus berlanjut. Aku tidak ingin menaruh h
i pun bercerita banyak, terutama dia yang menceritakan kuliahnya sedang aku hanya menyimak dan sesekali bermain ponsel. Entah kenapa sa