Aku Dan Ayahku Super Tajir Melintir
mbuat cengkeraman mereka terlepas. Dia seg
persidangan itu. Kau
mana mungkin Ana menanyakan itu? Dia mengangkat salah satu alisnya, sema
saat itu belum lahir
menceritakan kepadanya. Mana mungkin ada rahasia Ibu dan anak," la
li menatap Ana dan memegang kedua pundaknya. "Katakan kepada anak kita kalau kita sering berte
ai. Ya, karena kita tidak pernah bertemu dan melakukan hubungan seperti itu. Ah, maksud aku ...." Ana menyatukan telapak tangan ke arah A
ulang," ucap Ana sembari memperlihatkan wajah angker ke arah Pen yang berusaha
Ana menelan ludah, menatap wajah ayahn
apa ....," bal
nggara sekarang melihat di hadapannya adalah Pen. Tapi ... tetap saja Ana yang berada di d
. Tubuhnya semakin kaku saat melihat Anggara sang
ggara semakin mendarat tepat di sana. Tak dia sangka, Ana me
sendiri? Huek, wek ...
ontan mendorong Anggara dan berjalan cepat mendekati Pen. "Kita akan pulang," ucap Ana sembari menarik lenga
Ana, meninggalkan Anggara yang hanya berdiri kaku menatap mereka. Hingga ... m
" ucap Ana sembari mengedarkan pandangan ke semua ar
Pen sambil menunjukkan jemarinya tepat ke wajah Ana yang masih menganga. "Sudah bertahun-tahun Ibu menjagam
s, apalagi semua siswa masih menatapnya tanpa berkedip. "Lihatlah, Bu. Semua
na dan menunjuknya. "Tidak ada
rah dan tidak akan bisa berbuat apa pun. Raden memiliki kekuasaan yang tak terbatas. Bisa melakukan apa
an pulang bersama," ucap Anggara mengej
ergi. Tapi, Ana menahan tubuhnya dan malah tersenyum. "Ana, kau tidak tahu aka
Anggara. Ana sengaja duduk di depan, tepat di sebelah kursi kemudi. Dia ingin Pen bersama dengan Anggara, walaupun
u. Mungkin ... kalian bisa berbicara dan cocok," ucap
membingungkan sekaligus melelahkan buatnya. Hingga dia mengingat sesuatu. Perceraia
dekap dan melebarkan kedua matanya. Jantungnya berdebar. Bagaimana
sud aku, kau bercerai dengan ibuku. Aku bahkan sudah membaca surat itu.
unya wanita yang bisa membuatku gila. Aku ... membayar s
mbuatnya tidak bisa bernapas dengan baik. Perutnya mendadak
t beruntung. Aku akan membuat mereka bersatu lagi. Ah, aku gak sabar menj
sembari memukul
embali melotot dari kaca spion. Tapi, Ana masih saja tersenyum. Mendadak Pen menatap An
ang Ayah tidak akan bersembunyi lagi," balas Anggara dengan wajah sayu. Pen seketika
sar pembohong," batin Ana saat t
emennya. Namun, ada sesuatu yang sangat mengganjal hatinya
ini. Ana, sekarang apartemen ini
pa