Unexpected Wedding
e
memasuki ruang tamu keluarga Sailendra. Tidak ada
h harus menyambut dirinya dengan ramah tamah. Yang mereka pikirkan, hanya na
i baru di kediaman keluarga Sailendra. "Kenalkan, saya Idha, asisten rumah tangga di sini. Subuh tadi, ibu sudah nelpon
u, langsung berbalik pergi. Memasuki bagian rumah yang lebih dalam, masih dengan langkah
keluarga," terang Idha sambil terus saja berjalan menuju ruangan yang selanjutnya. "Karena bapak sama i
an terlihat ruang luas yang cukup lega dengan dipenuhi rak-rak buku di tiap sisi dindingnya. Lintang melihat
nan ruang kerja pak Ario, dan pintu sebelah kiri ruang kerja
angan selanjutnya, tampak seperti ruang keluarga dengan ham
tai dua," jelas Idha lagi sambil menaiki
cepat, agar bisa mengimbangi Idha y
tampak seperti taman bermain anak. Nuansa biru dan putih yang begitu kent
angkah Lintang dan Idha terhenti ketika berada di depan kamar Safir. Pintu kamar pria itu
anggukan ramah. "Saya mau tunjukin
menyematkan senyum, maupun anggukan seperti yang dilakukan oleh Idha. Hanya diam tanpa kata
koridor kecil terlebih dahulu. "Semua baju, dan barang-barang lainnya, sudah saya taru
asih
gukan, lalu bergegas perg
yang besarnya hampir tiga kali lipat dengan
eh
balikkan tubuhnya cepat. Di bibir pintu, sud
di adik iparnya itu ternyata sangat tidak sopan. Yang Lintang lakuka
n elo, karena lo bukan tipe g
ingin menanggapi Safir dengan emosi
n ucapan Lintang. "Sampai kapan pun, lo
jawab, dan gue, berani nerima tantangan buat gantiin dia. Jadi, samp
njuk Safir mengarah tajam pada Lintang, yang selalu bisa membalas perkataannya dengan cara yang begitu m
uk itu, ia berbalik memunggungi Safir dan segera
ru
ung. Mengapa gadis itu sama sekali
Safir dengan amarah yang mulai terpancing. Pad
agi berdebat dengan pria itu. "Kalau kata sambutann
meninggalkan Lintang. Jika saja Biya tidak pergi entah ke mana, pagi ini Safir p
. Walau sempat terkejut dengan suara pintu yang dibanti
bak," kata Idha setelah Li
g tadi, Lintang makan seorang diri di meja makan, tanpa ada siapa pun menemaninya. Entah ke m
dah ke bawah, Mbak
sudah
mulai memutar tubuhnya dan bersiap p
rena setelah menghabiskan makan siang, i
segera menutup pintu lalu mengganti piyama tidurnya dengan pakaian yang lebih sopan.
cukup rapi, Lintang segera keluar
ap sopan pada seluruh anggota keluarg
al
ari keluarga Sailendra, seolah kompak hanya memberi tatapan datar yang tidak bisa terbaca
mematung di sudut meja. Gadis itu terlihat bingung, dan
Lintang merasa gugup, ketika pertama kali berada bersama keluarga Sailendra. Wajah-
ntang. Jika diingat lagi, selama prosesi pernikahannya dengan
ma dan Safir. "Mulai sekarang Tante Lintang tinggal di
nt
n itu sudah pasti ada di depan mata. Lintang juga tidak perlu berpura-pura baik untuk mengambil hati bocah itu. Seketika itu j