Unexpected Wedding
ke ma
angga. Hari masih pagi, tapi gadis itu sudah terlihat rapi dengan kemeja dan cel
ekali. Bagaimana bisa Retno mengatakan setuju, ketika Ario
r tubuh, lalu menghampiri Retno yang baru menut
etno menatap Safir yang juga
nya melirik pada Safir yang terus berjalan men
ia melarang Lintang untuk pulang ke ru
ngan kanan Retno dengan cepat dan mencium pun
itemani seorang wanita muda berseragam biru. Lintang menebak, wanit
uduk sambil bermain mobil remote control
ir Rama yang sedikit belepotan. Kemudian tatapan Lintang mengar
angan Lintang yang sudah berada di d
g meraih tangan kanan Rama lalu menepukkan te
i menuju ruang perpustakaan. Lintang segera melangkan k
ersebut, Lintang mengetuk
suk
uk di sofa panjang dengan menyilang kaki. Lintang hanya melirik sekilas, dan
n dengan Raga, lalu berkata, "Mas
anpa menatap Lintang sama sekali. Fokusn
a kali," sahut Safir dengan entengny
dengan seruan keras menatap s
sini," balas Safir kesal, karena Raga lebih membela Lintang. Sakit ha
tidak berniat menanggapi Safir. "Saya ju
Lintang dari dekat. Bila diperhatikan lagi, paras Lintang sebenarnya manis. Gadis itu
tu sisi tas ranselnya untuk mengambil ponsel. Tidak ingin menunda-nunda, Linta
lanjutkan membaca dokumen yang berada di mejany
g tidak akan menolak pemberian Raga. Bukankah, memberi nafka
kas
iii
intu membuat semua orang melari
i, F
ga dan Safir. Sedangkan Lintang, hanya mengguma
r sambil menepuk sisi koso
Safir dan duduk di sebelahnya. Menatap bingung sejen
"Aku langsung cari tiket waktu papa bilang mas Raga yan
buru-buru cari tiket pulang. Gue yang sudah ngasih unda
topik obrolan. "Aku sempat dikirimin foto nikahan mas Raga sama papa. Tadinya, aku kira ceweknya cant
r tidak akan menutupi hal tersebut. "Orangnya ada di depan, lo, Fay!" telu
aan yang tidak bisa ia ungkapkan. "Sorry, aku kira kamu karyawannya mas Raga, atau kurir yang lagi ngant
enggelegar puas mend
nyata kalah dengan Lintang yang sungguh tidak ada apa-apanya dengan dirinya. Apa yang dilihat Raga dari Lintang sehingga pria itu mau menikahi
dan gadis itu pun menole
tapannya berhenti sejenak pada Fayra. Dari ucapannya, Lintan
enghampiri Lintang. Ia mengulurkan tangan tanpa ragu dan memperke
ucapan, ekspresi, serta gestur tubuh Fayra, Lintang sudah bisa
i ujung flat shoesnya yang tidak bermerek, sampai ujung rambut yang dikuncir kuda. Wajah Lintang pun tidak luput da
a, Lintang menatap rok span, yang jatuh pada pertengahan paha kaki jenjang wanita itu. Sebenarnya, Lintang en
, Lintang menunjuk paha
depan mata. Jika dibiarkan, perdebatan yang ada bisa menjadi sema
an mendengar semua yang baru saja terjadi di depan mata? Ucapan pria itu se
hun bersama keluarga Dewantara yang hampir menganggapnya tidak
ba
Lintang akan keluar dari rumah ters