icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

The Syndrome: Diperkosa Setan

Bab 3 Kuasa Tuhan

Jumlah Kata:1341    |    Dirilis Pada: 11/08/2023

ersungkur dari kursi itu, dia harus diam tanpa gerak sedikit pun. Namun, Sintia sudah lelah, perut keroncongan pun tak dapat ditah

perti bagaimana dia melenggak-lenggokkan tubuhnya saat bersenang-senang di kelab malam. Ternyata kelenturan

m!

ang telah sekian jam dia alami. Ruangan sempit tempatnya disekap hanya diterangi cahaya lampu minyak; remang-remang. Namun, dari celah-celah kecil kain yang menu

gel kesuciannya, membobol seolah permainan sepak bola yang bisa terus dimasuki berkali-kali. Mes

m!

dia menggerakkan tubuh lebih kuat, kursi yang bergerak menghasilkan suara karena be

h berdiri di hadapannya. Sangat jelas terlihat karena cahaya yang dia saksikan

empatnya berada kekurangan cahaya. Sialnya, dia merasakan sepatu mengi

" bentak l

lah menghukumnya atas semua yang dia perbuat selama ini. Justru Tuhan tidak terpikir sebagai Dzat Maha Baik baginya, sebaliknya bah

tersebut. Aroma nasi goreng yang masih hangat bercampur udang goreng itu menggelitik pernapasa

topeng seperti biasa. Kali ini tidak mengenakan jubah hitam, melainkan setelan hitam dengan dalaman berwarna putih. Dada Sint

n tangan justru tetap dibiarkan. Bahkan posisi kursi masih sama; tergeletak ke sebela

perlu pakai tangan. Maka

laki biadab yang berlaku kasar dan kurang ajar. Setidaknya seperti itulah bagi Sintia. Dia semakin

angan untuk pertama kalinya. Sintia menjadi anjing yang terkurung di sangkar besi, tinggal bersama pemili

annya karena dia tak biasa menjadi anjing. Lagi pula, mungkin lebih banyak nasi yang berserakan daripada yang ma

a dengan napas yang

ikan gelas yang di dalamnya telah tersedia sedotan untuk membantu Sintia m

tan, dia menggigit tangan lelaki itu hingga pekikan menggema di

onya karena telah berani melakukan hal yang membuat lelaki itu ma

beraniny

an jikalau tiba-tiba lelaki itu berniat membunuhnya di tempat. Dia harus

manya kamu akan berada di neraka ini. Tenang saja, saya tidak akan membiarkanmu membusuk kelaparan. Saya akan

pa kamu?

rus berteriak, tetapi tak satu pun yang bisa mendengarnya di tengah hutan

I

Hati kecilnya menyerukan nama Tuhan yang Maha Suci lagi Maha Kuasa. Tidak dimungkiri, meski hatinya kadang menolak percaya pada kuasa Tuhan, Sintia

agian leher. Bagaimana caranya dia bisa menggaruk bagian yang sulit dijangkau? Mustahil itu bisa dilakukan sebelum tangannya benar-benar terlepas dari

Pergi!

i bisa menyuarakan rasa takut dan jijik karena dua serangga ya

ikkan itu segera pergi, tetapi tak berefek apa pun. Tikus p

apa aja! To

ngku SMA. Ayahnya menikah lagi dengan wanita yang sama sekali tak peduli padanya. Dia frustrasi, lalu meninggalkan bangku sekolah hingga tersesat di dunia hita

yang senantiasa tertawa di atas penderitaannya. Hingga itulah, dia jadi lebih suka dunia

yang cukup lebar. Sintia menggigil; tubuhnya bergetar. Tiada kuasa lagi, tiada

sa dan hina ini?" katanya dengan suara parau lag

? Aku sadar, kok. Aku sudah meninggalkan-Mu dalam waktu yang san

elah. Garis bibirn

i sini, aku berjanji akan menemui-Mu. Berjanji akan b

t tangannya, terlepas dengan sendiri. Itu terjadi bukan tanpa penjelasan, tetapi sedari beberapa saat yang lalu, kain itu perlahan-lahan mel

I

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Sintia2 Bab 2 Lelaki Misterius3 Bab 3 Kuasa Tuhan4 Bab 4 Gubuk Reyot5 Bab 5 Lelaki Berhati Iblis6 Bab 6 Memberi dan Menerima7 Bab 7 Psikopat Sinting8 Bab 8 Stevano Erlangga9 Bab 9 Seratus Sembilan Perempuan10 Bab 10 Peti Mati Hitam & Jurnal Stevano11 Bab 11 Sebuah Tempat di Masa Lalu12 Bab 12 Pertemuan Pertama13 Bab 13 Hadir yang Selalu Hadir14 Bab 14 Nikmat atau Sengsara15 Bab 15 Lari dari Cengkeraman Stevano16 Bab 16 Psikopat Sinting yang Doyan Membunuh17 Bab 17 Cinta dari Tuhan18 Bab 18 Segala yang Berubah19 Bab 19 Perasaan Stevano20 Bab 20 Ungkapan Stevano21 Bab 21 Keinginan22 Bab 22 Secercah Kasih Sayang23 Bab 23 Bagian dari Pengorbanan24 Bab 24 Menjadi Korban25 Bab 25 Terjepit Nafsu26 Bab 26 Kalang Kabut27 Bab 27 Jalan Kematian28 Bab 28 Malaikat Penyelamat29 Bab 29 Singgasana Keikhlasan30 Bab 30 Aku Milikmu31 Bab 31 I Miss You32 Bab 32 Hari Kebangkitkan33 Bab 33 Psikopat Romantis34 Bab 34 Momen yang Terdamba35 Bab 35 Orang Bertopeng36 Bab 36 Dilingkupi Kehangatan37 Bab 37 Bara Menyala38 Bab 38 Musuh yang Sejati39 Bab 39 Menaklukkan Iblis dalam Diri40 Bab 40 Kebiadaban Masa Lalu41 Bab 41 Kematian yang Tak Pernah Diharapkan42 Bab 42 Belajar Berkekasih43 Bab 43 Mengakhiri Penderitaan44 Bab 44 Senyuman yang Sirna45 Bab 45 Mempertahankan Cinta46 Bab 46 Sebelum Hukuman Dijatuhkan47 Bab 47 Harapan untuk Hidup Bersama48 Bab 48 Menuju Kebahagiaan yang Sebenarnya49 Bab 49 Pulang50 Bab 50 Kehangatan yang Berbeda51 Bab 51 Imitasi52 Bab 52 Konfrontasi53 Bab 53 Melawan Rasa54 Bab 54 Alternatif Ending 1