icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

The Syndrome: Diperkosa Setan

Bab 4 Gubuk Reyot

Jumlah Kata:1680    |    Dirilis Pada: 11/08/2023

mukan. Beberapa hari yang lalu, Sintia menagih pekerjaan padanya. Namun, Radit berkata bahwa jadwalnya masih padat dengan beberapa model lain. Lagi pula, dia juga

na sudah termasuk model yang profesion

merah menyala, sumpah mati para lelaki hidung belang akan selalu berakhir dalam mimpi yang tak berujung. Sebetulnya, tak hanya itu, dan yang paling memabukkan darinya ialah ketika senyumannya merekah seperti kuncup bunga mekar di pagi hari. Pada saat itu terjadi, para istri akan selalu

etangga tidak tahu ke mana perginya wanita itu, juga tidak pernah melihat rumah Sintia terbuka pintunya. Sebagaiman

b. Dia mondar-mandir di dalam, lalu berdiri di pintu masuk yang pada saat itu para pengunjung ramai berdatangan. Tak menemuka

erus matanya sipit, kulitnya putih, rambut panjang sepunggung, dan mukan

mengernyit. Seolah-olah, salah satu dari mere

kan?" kata salah satunya sambil mencari persetujuan teman-temannya yang lain. Semuan

lo Sin

jika dia tahu nama Sintia, pasti dia juga mengenalnya. Setidak-tidaknya itu yang ada di pikiran Radi

? Dan sekarang kira-kira lo

an yang sebenarnya tidak terkubur terlalu dalam. Dia punya ingatan yang

ggak salah, sih. Terus dia tumben banget pulang cepet. Jam tiga udah pulang. Pa

na?" Radit berharap banyak dengan jaw

anita itu berkata, "Maaf,

ka meminta pekerjaan, Sintia juga pernah berkata butuh uang untuk dikirim ke kampung agar adiknya bisa kembali berkuliah setelah melunasi bia

Kalau gitu, gu

natapnya dari lantai atas, tepatnya dari sebuah ruangan khusus manajemen. Mata kuning setajam elang itu mengeko

I

belenggu. Tak ingin membuang-buang waktu, cepat-cepat dia berlari keluar dari gubuk kumuh dan entah pergi ke mana. Tak mungkin hutan itu tanpa ujung, dia pasti bisa keluar hingga

ya tampak lebam dan bengkak. Namun, itu tak membuatnya menyerah meskipun terluka di lutut dan kepala. Apa pun itu, yang penting dia tak keburu mati di tempat tersebut. Karena dia masih ingin hid

ggali siapa pun; dugaannya salah besar setelah melihat cahaya kehidupan di sana. Tebakannya bisa benar, pun bisa salah. Atau dia hanya sedang berhalusinasi karena pikirannya tertekan oleh segala hal misterius

Dia berjalan terpincang-pincang. Padahal hutan sanga

Buta arah dan terlalu buru-buru sehingga memperhatikan sekitar pun jadi agak sembrono. Sintia tersaruk sebuah batu dan itu sudah me

! Si

ahan. Sebisa mungkin dia menahan jerit yang senantiasa memecah kesunyia

k boleh nyerah! Laki-laki sialan

percaya. Dia berusaha memupuk keyakinan. Jika tidak berusaha menahan semua kesengsaraan itu, maka artinya

ik keringat menghiasi wajah, bercucuran di sana-sini, serta lumpur menutupi tubuhnya hingga leher. Jikalau ada lelaki melintas, memangnya dia akan tergoda dengan Sintia setelah melihat wajah kumal dan mencium bau busukny

ub

, dan tingkat kelusuhan; benar-benar persis. Tugas Sintia bertambah seiring bertambahnya pertanyaan di kepala. Kendati demikian, dia tidak mau buang-buang waktu, setidaknya dia bisa meminta bantuan pa

ungkiri bahwa degup jantungnya tengah berdentum secepat genderang perang ditabuh. Berkali-kali

itu pertanyaannya dalam hati. Tak ada pilihan lain. Rasa penasaran juga telah menerobos masuk membanjiri benaknya.

emang hanya dihasilkan dari bohlam lampu yang terpasang di depan pi

i teter dan kumbang kayu, dia mengambil napas sedalam mungkin. Sintia har

dalam," katanya, me

dan kelelawar menghambur keluar setelah pintu membuka. Sintia melejit menahan jerit. Dia

an jerit sambil membekap mulut. Langkahnya terus berlanjut hingga menemukan sebuah ruangan tak berpintu.

h suara makhluk hidup yang entah dia juga tak tahu apakah iblis, setan, demit, atau bahkan hewan buas yang jauh lebih mengancam nyawa. Beberapa detik kemu

batinnya sambil m

s pergi, tetapi saat kembali mepmosisikan pandangan ke depan, sesosok makhluk berpakaian serba putih dengan rambut panjang kusut menutupi wajah,

g ...

h itu tersenyum getir. Bulir

...

I

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Sintia2 Bab 2 Lelaki Misterius3 Bab 3 Kuasa Tuhan4 Bab 4 Gubuk Reyot5 Bab 5 Lelaki Berhati Iblis6 Bab 6 Memberi dan Menerima7 Bab 7 Psikopat Sinting8 Bab 8 Stevano Erlangga9 Bab 9 Seratus Sembilan Perempuan10 Bab 10 Peti Mati Hitam & Jurnal Stevano11 Bab 11 Sebuah Tempat di Masa Lalu12 Bab 12 Pertemuan Pertama13 Bab 13 Hadir yang Selalu Hadir14 Bab 14 Nikmat atau Sengsara15 Bab 15 Lari dari Cengkeraman Stevano16 Bab 16 Psikopat Sinting yang Doyan Membunuh17 Bab 17 Cinta dari Tuhan18 Bab 18 Segala yang Berubah19 Bab 19 Perasaan Stevano20 Bab 20 Ungkapan Stevano21 Bab 21 Keinginan22 Bab 22 Secercah Kasih Sayang23 Bab 23 Bagian dari Pengorbanan24 Bab 24 Menjadi Korban25 Bab 25 Terjepit Nafsu26 Bab 26 Kalang Kabut27 Bab 27 Jalan Kematian28 Bab 28 Malaikat Penyelamat29 Bab 29 Singgasana Keikhlasan30 Bab 30 Aku Milikmu31 Bab 31 I Miss You32 Bab 32 Hari Kebangkitkan33 Bab 33 Psikopat Romantis34 Bab 34 Momen yang Terdamba35 Bab 35 Orang Bertopeng36 Bab 36 Dilingkupi Kehangatan37 Bab 37 Bara Menyala38 Bab 38 Musuh yang Sejati39 Bab 39 Menaklukkan Iblis dalam Diri40 Bab 40 Kebiadaban Masa Lalu41 Bab 41 Kematian yang Tak Pernah Diharapkan42 Bab 42 Belajar Berkekasih43 Bab 43 Mengakhiri Penderitaan44 Bab 44 Senyuman yang Sirna45 Bab 45 Mempertahankan Cinta46 Bab 46 Sebelum Hukuman Dijatuhkan47 Bab 47 Harapan untuk Hidup Bersama48 Bab 48 Menuju Kebahagiaan yang Sebenarnya49 Bab 49 Pulang50 Bab 50 Kehangatan yang Berbeda51 Bab 51 Imitasi52 Bab 52 Konfrontasi53 Bab 53 Melawan Rasa54 Bab 54 Alternatif Ending 1