Serumah dengan Mayat Hidup
dia tetap tinggal bersama di dalam rumah. Ma
orangnya. Tapi, Rossa dan Kakaknya harus tingga
ingga akhirnya, mereka hanya punya pilihan tinggal di desa, di rumah Pakdenya. Padahal di sana desanya hampir mati, tak ada kehidupan. Tubuh manusia yang dikerubuti lalat, petani yang meninggal di tengah lumpur sawah, juga mayat-m
rang mati. Bukan mayat biasa, melainkan mayat hidup. Dia makan, mi
ninggal, makanya banyak cerita yang dib
ta tetap berangkat ke
berhutang ke sana-sini untuk memenuhi gaya hidup hedonnya. Setelah Mama meninggal, Papa menggadaikan ini-itu ke bank untuk menutupi hutang Mama. Setelah mereka berdua meningga
tu semacam zombie?" T
i kita. Kalau dia mati, dia akan diam, kaku. Itu logikanya, jelas, jangan be
n tinggal
u mau selamat, ikut aku . Kalau mau diancam rentenir, tin
emas meski setengah hati. Terngiang-ngiang per
nir ndak akan menjangkau. Tapi segeralah berangkat. Kabarnya, akse
a akan mati kalau tinggal di
asia Tuhan. Salah satu keluarga Pakde juga ada yang meninggal k
Aku terp
erti orang hidup," Pakde me
an Mas Ojan bertan
anti kalian jangan banyak bicara, jangan banyak bertanya. Jalan
nia saat ini benar-benar mencekam. Jangankan di desa, di kota tempat kami tinggal pun tak hen
r masih beroperasi, tapi hanya sebentar, lalu bubar. Masjid dan sekolah ditutup. Yang ramai hanya pemakaman. Baru saja menggali kubur, sudah harus menggali la
ana yang meninggal?" Tanyak
ih rapat, semakin tak berjeda. Saat batuknya berjeda sebentar pun aku mendengar teriakan pilu
h di sana?" Mas Oj
awaban dari jauh, "ma
ih berusaha memanggil. Namun, yang
s. Aku bersandar
berangkat ke sana
berharap masih ada jal
. Bedanya, di sini yang mengancam manusia nyata. Se
sudah meninggal dan katanya masi
smi dan Ratih, juga suami Mbak Lasmi, Mas Jasin. Mbak Lasmi sepantaran Mas Ojan, Ratih sepantaran dengank
telah sampai di sa
memasukkannya ke dalam mobil bersama dengan tas ranselnya. Aku masih
as Ojan sambil menu