Serumah dengan Mayat Hidup
il berhenti. Mas Ojan memacu cepat mo
datang lagi,"
umah di waktu yang tepat. Ancaman mereka kemarin, jika kami tak bisa membayar hutang, kamilah jaminannya. Kami a
sedikit bisa bernapas ketika sudah keluar jauh dari kota dan mulai memasu
an meja jualan dari bambu. Ini pasar desa Pancuran. Biasa
pku. Tak seorang pun
eberapa jam saja," jawab Mas Ojan ber
njuk Mas ojan pada seorang lelaki yang
ambil menyapa seperti ingin menenagkanku, ingin m
kulihat dengan seksama, ternyata bukan karung, melainkan kain kafan berisi mayat. Ingin rasanya ak
ku tersenggal-senggal ketika
karena sudah tidak ada lagi orang y
k meninggal. Untuk apa kami me
*
a yang mengalir dari celah bebatuan, ada yang mengalir dari bamb
nggu ...," pinta
emang pelan semakin
engalir dari bilah bambu itu," ak
merah, sep
jawabnya? Katanya dia tak mel
ang melihat dalam kekalutan," imbuh
nya mandi dan mencuci. Ada juga bapak-bapak memandik
. Hanya persawahan terhampar hijau. Di sepe
a dikendalikan orang," Mas Ojan berucap sambil ter
Di atas genangan lumpur seorang lelaki tergeletak bersama capingnya. Sementara dua sapi tadi telah menginjak
..," k
enggeleng. "Jang
lan kulihat pemandangan aneh-aneh. Aku khawatir di rumah Pakde akan melihat yang lebih aneh, bahkan
ah toko dengan etalase kecil, juga spanduk keci
pulsa,"
ais di jalan mungkin karena jaringan telepon diputus, bukan karena pulsa habis.
!" Teriak Mas Ojan sambil me
i dalam toko dan merapat ke arah Mas
." Tanya Mas Ojan menyadari ujun
Ia lebih sibuk dengan dirinya sendiri
akaknya ada? B
dan terus menarik baju Mas
ek?" Mas Ojan ber
Seorang bapak bertubuh sedikit tambun berselonjor di lantai dengan
Ojan memilih k
ali mengintip ke dalam toko. Banyak lalat yang berkerubun di sana. T
h meninggal!" Pekikk
adi tetap mencengkeram baju Mas Ojan sampai sulit dilepaska
akyu ada di kamar dikerubuni semut dan lalat," akhirnya bocah it
rus mematikan saat ini. Setelah berhasil melepaskan diri dari cengkramannya, kami berlari menuju mobil dan segera menutup pint