Saat Istriku Memilih Mati
setelah k
mengajak ketiga jagoanku ikut serta berkendara selama 1 jam menuju kediaman
matan anak-anak, aku memapas gengsi dengan mengikatkan selendang mengelilingi t
ng. Jika dulu setiap kita hendak pergi kemana-mana, ada kamu yang lebih dahulu
cukup menyiapka
k menepati. Setiap kali kamu tanya berangkat jam berapa, kujawab dengan lugas. Namun, itu bukan j
balmu dan anak-anak
tepat waktu? Tadi yan
belum berangkat saja bunda sudah ngomel-ngomel." Malah aku yan
a sudah tidak karuan, mengeluh kepanasa
antuk meminta asi. Resleting terbuka dengan jilbab yang di
i. Anak-anak sudah rewel karena terlalu lama menunggu. Mereka
h dibilang, kalau mau berangkat tu j
ah... Gak adil lh
apa sih?!
angkat. Nyiapkan anak tiga itu repot lho yah, hargai sedikit kenapa usa
elas. Dahlah, gak usah berangkat aja sekalian. Cuman mau nengok-ne
yang hendak kukenakan ke atas ka
ta karena janji jalan-jalan hari itu tak jadi kupenuhi. Aku tak peduli, sudahlah hari ini seharusnya aku l
angiku, anak-anak sudah tidur semua. Saat kulirik wajahmu, aku dapat melih
k kita. Beruntung mereka sudah besar-besar, kau menyiapkan karakter me
u adinda? Aku minta maaf ya? Kalau jadi kamu, aku pasti juga
an si kecil Ali dan menginstruksikan Rayi yang masih asyik bermain ke sana kemari
ga belum siap untuk menghadapinya. Mengapa rasa sakit ini harus d
nya, aku tak mau ia menanggung semua sedih tanpa pintu keluar.
ih ya sudah jadi
kesalahanku yang dulu-dulu padamu melalui perantara anak sulung kita ya adinda? Aku tahu
mbutuhkan perhatian penuhmu. Ia yang menjadi sasaran kekesalan karena tekan
umbuh menjadi pribadi deng
la yang berarti, paling mampir sebentar di tepi jalan untuk mem
Rayi yang sempat terkantuk-kantuk di depan kare
bu mertuaku berlari menyongsong cucu-cucunya. Dengan penuh sayang merangkul mereka sem
iamnya beliau mengandung sejuta makna. Bahkan setelah lulus menjadi menantu pun ak
s bilang apa? Puterinya kusia-siakan hingga memilih pergi dengan bunu
g bingung harus sendirian menghadap bapak. Tanganku sudah basah oleh ke
uk di kursi teras mengirimk
ali pertama hendak bertemu kedua orang tuamu waktu itu untuk mengutarak
nemui beliau, lutut ini terasa lemas saat jarak kami su
Apakah selama ini ia tak kudidik
aja yang keluar dari mulut beliau. Tak ada penghakiman sepe
sa menjadi suami yang baik untuk Mega, maafk
t merasa, senyum riangnya dulu hilang dan kini ia lebih banyak diam setiap kali
au tak ridha dengan pelayanan istrimu s
mri sibuk dengan diri sendiri, walaupun itu Amri lakukan untuk memenuhi nafkah Amri pada kelu
esal mengijinkan Mega memilihmu. Namun sekarang yang
mereka dengan sebaik-baiknya, pak. Itu
an tiga orang anak sendiri
Mereka juga anak-anak yang
ak akan tahu repotnya jika nanti mereka sudah beranjak
iam mendengarka
lah deng
ri efek kejut sepert
mpercayakan anak perempua