Saat Istriku Memilih Mati
isi baru berukuran sangat besar 55 inchi yang hampir menutupi salah satu sisi dinding ruang tamu itu. Melihat kabel-kabelnya
harga televisi itu hampir setara dengan besaran kiriman yang kukirimkan pada mereka setiap bulan. Hatik
ak heran mereka masih saja merongrong jatah dari M
ir di dalam ruang tamu, platnya masih putih. Apakah ini cicilan hu
menjawab pertanyaan bude yang terkesan hanya basa basi itu. Namun mereka tak ingi
nah warisan ibu. Mengapa masih di sini?" Aku bertanya denga
dan juga Mbak Santi saling pandang m
yang lebih besar dan kokoh dengan hasil keringatku kala bujang di tanah b
ih luas dan karena kata Kak Ita rumah ini menyimpan memori masa kec
rumah ini seutuhnya tanpa campur tangan bude dan pakde. Tapi ini apa? Sejak kapan mereka kemba
reka di sini han
de sewakan Am, lumayan
mri kirimkan sampai harus mengg
matanya berputar gelisah mem
e dan anak-anak bude... Eh." Bude keceplosan salah b
lkan hidup dari uangku?!! Bude pikir aku apa??! SAPI PE
a..." Pakde urun suara yang langsung terdiam kala kutatap taj
-N bapak mereka," sindirku langsung kepada pakde yang melengos dan membu
pekerjaan lain yang cocok karena di tempat kerjanya kemarin gajinya kecil. Pakdemu juga sudah tua, sudah saatnya pensiun, kau sebag
andalkanku yang bahkan tak punya kewajiban apapun pada kalian. Asal pakde
da motor dan TV baru tersebut, "Dan salahku selama ini terlalu buta atas perlakuan kalian yang memanfaatkank
a dulu?!" Mas Hendri, laki-laki yang selama ini manjanya minta ampun, yang uang mahar untuk melamar
t, makan sisa-sisa, kerjaan rumah tanpa dibayar, samsak o
hidup sampai sekarang kan
pah hingga aku dan Kak Ita menyelesaikan studi S2 jika tak dihabiskan oleh kalian! Seandainya aku bisa
kedua orang tuaku yang sudah dihabiskan tanpa sisa olehnya dan sang suami dengan rakus. Bagaimana bisa dia hidup jika suami modal
kan warisan kedua orang tuaku yang dulunya merupakan saudagar kain ya
K UCAPANMU ATAU---" Kak Santi ikut-
isa apa jika tak ada
tumben budeku pun kehabisan kata-kata. Mungkin karena tak mengi
dulu setiap saudara abah datang memeriksa kondisi kami. Ia dan pakde akan pura-pura menya
ergi kemana, saudara abah yang juga saudagar kaya itu tinggal
ingkir dari rumah ini! Kemasi barang-barang kalian! Dan apa saja y
Amriii... Ibu dan bapak sudah tak muda lagi Am, tak mau hidup terlunta-lunta, Mega pasti tak ingi
memiliki hubungan darah sama sekali dengan mereka tapi
manapun juga beliau adalah kakak dari ibuku. Jika ibuku masih hidup mungk
ngan keras bersumber dari samping rumah. Wajah bu
a itu?!"
rung karena sudah malam. Mungkin dia sedang mengendus baumu makanya beronta
tu suaramu
a kembali panik, bude yang masih menggelendotiku semakin memper
ada kakiku dan ia tersungkur ke lantai yan
ing belakang rumah. Aku ingat dulu rumah samping ini terdapat b
ayam dan lembab karena buangan dari kamar mandi di al
dalam sana, namun dari suaranya aku dapatlah menebak. H
ak dari dalam karena pintu k
an suara penuh harap
Umpatku kali ini d