Saat Istriku Memilih Mati
kerjaan kantor semakin menumpuk. Teman se-tim hanya menyalamiku dan mengucapk
anggap lebih penting dari keluargaku kini baru kelihatan boroknya
es rumah? Aku dulu tak habis pikir kenapa kau memaksakan diri tetap men
rahat saja? Padahal
saja lho timbang merepet
ang mengerjakan, l
Padahal maksu
i minggu ayah pengen istirahat, suasana tenang. Lagian, jika menge
a berkurang. Tapi makin menumpuk, dan kepalaku p
bunda karena stand
yang tak dapat dideskripsikan terpancar dari sorot matanya saat kulirik sekila
dulikannya dan kembali sibuk berselancar di sosial media. S
terhadap suami ju
anya itu aku lalu berubah menjadi suami yang diharapkannya, maka ia salah. Harusnya ia tahu untuk tak b
h. Sofa terbalik, pot bunga yang terguling dan menghamburkan isinya, mainan yang terseb
dalam kamar, kudengar Azka
? Mas tadi lihat gak ada nasi, habis buat kita sarapan tadi pagi
mbari mengusap kepala adiknya dengan lembut. Hatiku
laki-lakiku berusia 8 tahun itu kuminta untuk menjaga adik-adiknya s
ayi tertidur di atas tumpukan bantal dengan
untuk mereka. Sedang karena kerjaan yang menumpuk membuatku lupa waktu dan baru pulang setelah jam
eluk mereka bertiga, mengucapk
peka, adinda? Harus dengan ketiada
Tring
beberapa hari aku lelah mencari ponsel ini ke seluruh penjuru rumah, yang akhirnya
ilan di karpet ruang tengah. Padahal niatku hanya bertanya sekenanya
? Ayah cari kemana-mana gak ketem
engernyit mengikuti langkah-langkah kecilnya, mau kemana
menuju kamar kecil di sudut belakang ru
uk-nunjuk kabinet kecil tempat san
g terjawab tatkala kutemukan ponselmu di sana. Girangnya b
ni adalah pencapaian kita berdua. Diapu
menjadi guru yang memberikanku pelajaran. Bukan sebaliknya, anak kecil yan
seluruh pesan masuk hingga selesai. Dengan demikian pon
n ibuku, ada pesan yang belum sempat kau buka dari bel
i antara kau da
masuk, aku pertama kali m
ang 17 juta itu. Bagaimanapun juga, Amri itu masih harus berbakti pada ibunya, dan t
imkan 5 juta sendiri untuk membantu kebutuhan rumah. Karena bapak sudah tidak bekerja, dan kakak perem
a, belum dipotong cicilan tanah kami di kampungku. Kami kontrak di sini, dan untuk kelangsungan kontrakan mengandal
1 juta dulu. Karena kebutuhan lagi bany
a saja. Jangan kau sembunyikan sendiri uang suami
mang tak pernah tahu jika aku mengirim sendiri pada kedua orang tuaku. Yang Mega tahu, uang gaji dariku
a, waktu itu aku hanya menimpali untuk tak terlalu memperm
sudah lebih dulu memenuhi keb
ekolah, jadi uang 5 juta untuk ukuran hidup di kampung sudah berle
um ini malah memanfaatkan keadaan untuk meminta lebih. Kuamati percakapan m
ega, meminta bagian. Percakapan mereka tak pernah sedikitpun menyinggung tentang cucu,
gumamku dengan darah berdesir
ima pesanan donat hingga ratusan biji setiap hari, kupikir karena dia suka dengan uan
keluarganya sendiri walau ia bersusah-susah sembari m
ngan ibu, meminta uang rokok 500 ribu, setiap bulan. Di tanggal yang sama juga dengan aku gaji
h dan memilih pergi, adinda? M
al aku yang tak pernah ada