Jerat Cinta Saudara Tiri
semuanya telah dicelupkannya ke dalam sample urin
art
embulat sempurna. Lalu gegas memeluk wanita yang telah dini
asa bahagia dan terharu. Di usianya yang telah memasuki kepala lima dan istrinya yang te
nak-anak kita, tetapi kita akan mempunyai anak atas benih kita sendiri.
ejamkan matanya sejenak, menerima stimulus cinta dari la
Merasakan betapa besar nikmat Allah yang telah dianugerahkan ke
nya membuahkan kebahagiaan pada keluarga kecil mereka yang
Papa hari ini bekerja dari rumah saja. Mama tenang saja, semua ker
ya dan nyemil dua keping roti kering untuk menghilangkan neg-nya, l
pa telepon Mbak Wati untuk datang ke rumah untuk masak, sebenta
a melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya, men
ngga yang biasanya membantu di rumahnya, hanya paruh waktu saja. Yaitu hanya untuk m
janda anak satu yang usianya jauh di bawah Pak Wira dan Bu Amanda, teta
a karyawannya, termasuk asisten rumah tangga, sopir, dan satpamnya. Mereka ju
at semua karyawan Pak Wira betah dan menurut semua perkataan majikannya.
tuk mencuci dan menyetrika saja, biasanya dia datang satu minggu tiga kali. Itu pun jika M
usia yang tak lagi muda, Pak Wira mulai bertindak sedikit over protektif
ti hari ini jadwalnya ke
nan, sudah hampir sampai di pintu
Mbak Wati. Jika sudah sampai di
k, P
. Laki-laki paruh baya itu menyalakan laptopnya. Lalu mengecek email masu
-manggut setelah berusaha mencerna maksud dari email tersebut. Setelah membalas
terdengar pintu d
Tok
!" tit
ng payung warna biru muda, mengingat saat itu sedang berlangsung musim pengh
ak!" pinta
h, Pak," uca
i Mbak
nggil Mbak Wati, tak lain dan tak bukan ingin mempekerjakan Mbak Wati secara
dari pagi hingga sore? Bukankah Ibu dan Mbak Gea sering melakukan pekerjaan dap
ekerjaan rumah. Ibu sedang hamil muda, Bapak sengaja melarang Ibu untuk melak
l, Pak?"
a menganggukk
ti setelah memasak. Dari pagi ibu muntah-muntah terus. Buatkan bubur a
k, P
ekerjaannya. Pertama kali, Mbak Wati segera membuat bubur ayam untuk Bu A
ar majikannya. Setelah mengetuk pintu dan mendengar jawaban da
an wajah sedikit pucat. Berulang kali wanita paruh baya
ih hangat. Bapak yang meminta agar saya me
nyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang, lalu mengambil m
ewel. Tidak seperti saat dia mengandung Gea dulu. Maklum, Bu Amanda dengan usia empa
erusaha menelan sesuap demi sesuap bubur yang dibawa olehnya.
pi, setidakya dia menghargai perhatian sang suami dan pengorban
ira bahwa istrinya sedang mengandung, di usianya yang tidak lagi muda. Sehingga Pak Wir
dia siapkan ke dalam mangkuk itu. Bu Amanda menyerahkan mangkuknya kepada
at Bu Amanda menghabiskan teh man
lkas, untuk makan siang anak-anak. Aku belum sempat masak. Anak-anak pulang awal, hari ini mer
ik,
wa mangkuk dan cangkir yang telah kosong. Belum Mbak Wati me
a dengan raut wajah yang susa
*