icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Tanah Para Naga

Bab 3 Pamungkas Seni Langkah Besi 1

Jumlah Kata:1291    |    Dirilis Pada: 05/06/2023

A!

k Penjaga Perpustakaan Ming usai melempar buku yang sedang

tengah kesal. “Aku bosan, Penjaga Mi

au bosan, hah?” rajuknya yang buru-buru me

L

lantaran rotan yang dia ayunkan bar

edekku sembari merebahkan diri ke lantai. “Ilmu kulit bajaku sudah

erpustakaan ini sudah kuno dan kurang efisien. Setelah tiga hari kubaca s

aa

a aku pergi saja ya?” Tapi jadwal keberangkatan ka

pa

apaan kau ini, PENJAGA MING?” Kusemprot

mpurna, pasti sangat melelahkan harus terus memadatkan chi ke seluruh permu

atu ini bicara. “Tapi tidak perlu sampai me

sopan santun,” katanya sambil melengos kembali ke

ah. “Terimakasih, karena sudah membuatku

iritasi, tahu.’ Respon macam apa barusan itu. ‘Arghhh, Aku ing

angat bosan, Mi

sombongmu yang barusan itu, kenapa juga kau

a i

kan kujelaskan

ambil token terseb

n Perpustakaan L

al

ULU! Dasar b

i dengarkan apa yang ingin disam

itu hanya dimiliki oleh orang tertentu saja, seperti diriku misal

ar mendengar ocehan dari mul

bilang de

n kudengarkan k

an Leluhur Pendiri. Sesuatu yang tidak diberikan kecuali pada penjaga perpusta

apa maksudmu, Pak Tua. “Aku bukan penjaga perpustakaan seperti

nti menggeplak ke

itu, hanya agar kau segera pergi dari perpustakaan ini. Kau tahu, sudah tiga hari tiga

a kau menyuk

uhur Pendiri, di sini sudah tidak

apa kau men

g Karang, di balik bukit yang

ia aliran pukulan Telapak Besi, juga

banyak berpiki

ak kau usir pun aku

hush-h

lagi pun tempatnya yang terisolasi dari orang luar—serta baru pertama kali kudengar—s

tu berjalan sambil

murid Dewi Tapak

*

hari se

guruan Telapak Besi. Pagi itu. Bajuku compang-camping bak gelandangan ketika mengetuk Pos Jaga Petugas Du, mesk

sahutannya dari dalam seper

nyi di dalam padepokan sebelum aliansi berhasil men

sakah kau bicara den

g ini akhirnya muncul. “Minggir P

a menghalauku m

Kenapa meng

tutup selama masa libur murid-murid,” kat

u, tapi lebih baik pu

ur di waktu ini. Kenapa malah datang kemari, seka

m dia p

enyebalkan. Kalau bukan karena sedang buron, aku malas meladenimu tahu.

. Kau ingin menyuapku,

gitu. Ini hanya hadiah kecil, aku sedang ingin menghabiskan liburan di perguru

idak bagus juga menolak maksud baik da

imakasih,

enapa tanganmu m

aku sudah membayarmu satu k

‘DU’ membukakan gerbang untukmu?” Lucu mendengarmu me

k melihat apapun saat menyelinap kemari, aku mene

perg

ebal

empat aman tuk bersembunyi. Tempat yang bebas—setidaknya—dari ins

Aku t

, sepertinya aku akan mere

*

!! Sial

n begitu curam. Awas saja nanti jika Perpustakaan Pendiri tak sesuai harapan,

nda Gunung Karang yang pak tua itu bilang belum juga kelihatan. “Kau pikir dari kuil di Bukit Batu hingga kema

ha … istir

ah Gunung Karang, harusnya aku juga bertanya sejauh apa jalan

rasa aku masih berada di jalur yang benar. Biarlah kali ini aku bermalam di sini

a

ya perlahan memudar bersama gelap serasi dengan sunyi di sekelilingku. Meski berb

bus tetap saja sangat mengganggu. ‘Eh, tunggu dulu. Aku m

atanku ini bisa menghalau hembusan angin. Wahai bintang ber

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka