icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Tanah Para Naga

Bab 10 Gunung Heng 2

Jumlah Kata:1393    |    Dirilis Pada: 05/06/2023

nunggu Gunung Heng, semua berawal saat aku kembali ke kaki gunung in

AA

t tepat di atas atap sebuah penginapan. Dan dengan energi yang menyertaiku kala it

ke arah kepo—benda apa yang baru saja jatuh dari langit. Kemudian saat tanganku mencuat ketika aku hendak keluar dari timbun

Pemilik P

aran ditemani sehelai handuk bertengger di pundaknya. Menunggu sembari meme

-a-af, a-aku pe-eu-milik da-a-ri ba-angunan pe-eu-nginapan di-i

aku pun menole

a adalah, ‘tolong ganti rugi semua kerusakan

ihat padanya da

ndadak semua warna sendu di dirinya berubah jadi semringah. Dia bahkan menawariku beberapa layanan khusus buat

itu yang kubut

lagi sebagai imbalan supaya dia mau menunjukkan mana arah menuju ke Gunung Heng. Setelahnya aku be

inya di

Merah, posisinya persis seperti saat aku menemuka

APA KAU S

, tapi si merak pun tampaknya tak mau kalah. Dia cengkeram kaki si elang

ti tepat di depan ga

sebelumnya memberitahuku soal guru besar da

orang?” tany

anjat anak tangga di hadapanku. Katanya jika calon murid berhasil melalui semua ujian di anak tangga menuju puncak ini

gu gunung itu, tapi setelah si domba aku pun tak mau kehilangan si elang. Jadi kudaki ja

asa, mulai langkah ke dua-tiga-empat hingga seterusnya bobot kakiku menjadi ber

—pers

uluh kali beban tubuh, gak bakal kalah cuma gegara satu-du

atahan ranting dan batu, tapi kuabaikan. Aku terus naik melewati mereka ogah mel

a Satu. Dua ratus, Ular besar Bersisik Cerah. Tiga ratus, Harimau s

berdiri menghadapi tiga musush sekaligus, si merak yang kini tergeletak

ersayap Kuning. Mereka mengepung si elang dari udara, mengitari di

ganku terpojok, kukeluarkan Cakram Ungu lalu kulempari mereka—g

elesat ke puncak gunung, sedangkan elangku la

ahan melawan tiga sekal

sihir penyembuh, kuambil inti kristal dari bangka

anak tangga terakhir, pendakian kami pu

s berat tak beraturan. Mereka melirik padaku sesaat sebelum akhirnya salah satunya ber

imbal oran

ghadap ke arahku. Aku padahal belum

rat itu kembali terdengar, diikuti kem

lan Naga, diikuti oleh si elang yang juga lan

*

Bahkan, si orang tua penunggu gunung itu memperbolehkan kami—aku bersama e

erada di gunung ini. Orang tua itu bahkan memaafkanku meski telah mengambil inti si burung merah juga memberikannya seba

rasakan energi alam, aku dan elangku sudah menangkap satu ikan koi besar den

igaku—di

lagi ingin makan masakan olahan, siapa tahu di dekat lereng sana ada desa atau perkampungan. Paling tidak sebuah penginapan atau warung ke

aakk

, tapi yang pasti aku tahu sudah dua putaran kami mengelili

aku pun

keluar dari gunung

aakk

kataku lalu merebah di atas punggu si elang. Dan. Sesaat aku henda

AKKK

lalakan mataku seketika, spontan aku memutar tubuh lalu

i punggung si elang beg

usan itu?” Ini aksi kedua aku jatuh da

, gak ikut jatuh dan tengah mengepakkan sayap

aksi juga pekikan barusan di

eea

ng, pekikannya tadi dimaksudkan tuk mengulur hal tersebut. Mengalihkan perhatian tuka

pa

tangan hendak melempari si elang. “Ini cuma salah paham.” Aku menjelaskan situasi sebenarn

ereka agak melunak. Kami sepakat dengan satu koin emas sebagai kompensasi, lima ka

mu

Jelas menurutku ini sebuah pemerasan, tapi saat melihat si elang mengelus bulu si domba dengan ujung cakarnya p

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka