Tanah Para Naga
nunggu Gunung Heng, semua berawal saat aku kembali ke kaki gunung in
AA
t tepat di atas atap sebuah penginapan. Dan dengan energi yang menyertaiku kala it
ke arah kepo-benda apa yang baru saja jatuh dari langit. Kemudian saat tanganku mencuat ketika aku hendak keluar dari timbun
Pemilik P
ran ditemani sehelai handuk bertengger di pundaknya. Menunggu sembari memerh-a-af, a-aku pe-eu-milik da-a-ri ba-angunan pe-eu-nginapan di-i
aku pun menole
a adalah, 'tolong ganti rugi semua kerusakan
ihat padanya da
ndadak semua warna sendu di dirinya berubah jadi semringah. Dia bahkan menawariku beberapa layanan khusus buat
itu yang kubut
lagi sebagai imbalan supaya dia mau menunjukkan mana arah menuju ke Gunung Heng. Setelahnya aku be
inya di
Merah, posisinya persis seperti saat aku menemuka
APA KAU S
, tapi si merak pun tampaknya tak mau kalah. Dia cengkeram kaki si elang
i tepat di depan gapu
sebelumnya memberitahuku soal guru besar da
orang?" tany
anjat anak tangga di hadapanku. Katanya jika calon murid berhasil melalui semua ujian di anak tangga menuju puncak ini
gu gunung itu, tapi setelah si domba aku pun tak mau kehilangan si elang. Jadi kudaki ja
asa, mulai langkah ke dua-tiga-empat hingga seterusnya bobot kakiku menjadi ber
-pers
uluh kali beban tubuh, gak bakal kalah cuma gegara satu-du
atahan ranting dan batu, tapi kuabaikan. Aku terus naik melewati mereka ogah mel
a Satu. Dua ratus, Ular besar Bersisik Cerah. Tiga ratus, Harimau s
berdiri menghadapi tiga musush sekaligus, si merak yang kini tergeletak
ersayap Kuning. Mereka mengepung si elang dari udara, mengitari di
ganku terpojok, kukeluarkan Cakram Ungu lalu kulempari mereka-g
elesat ke puncak gunung, sedangkan elangku la
ahan melawan tiga sekal
sihir penyembuh, kuambil inti kristal dari bangka
anak tangga terakhir, pendakian kami pu
s berat tak beraturan. Mereka melirik padaku sesaat sebelum akhirnya salah satunya ber
imbal oran
hadap ke arahku. Aku padahal belum me
rat itu kembali terdengar, diikuti kem
lan Naga, diikuti oleh si elang yang juga lan
*
Bahkan, si orang tua penunggu gunung itu memperbolehkan kami-aku bersama e
erada di gunung ini. Orang tua itu bahkan memaafkanku meski telah mengambil inti si burung merah juga memberikannya seba
rasakan energi alam, aku dan elangku sudah menangkap satu ikan koi besar den
igaku-di
lagi ingin makan masakan olahan, siapa tahu di dekat lereng sana ada desa atau perkampungan. Paling tidak sebuah penginapan atau warung ke
aakk
, tapi yang pasti aku tahu sudah dua putaran kami mengelili
aku pun
keluar dari gunung
aakk
kataku lalu merebah di atas punggu si elang. Dan. Sesaat aku hendak
AKKK
lalakan mataku seketika, spontan aku memutar tubuh lalu
i punggung si elang beg
usan itu?" Ini aksi kedua aku jatuh da
, gak ikut jatuh dan tengah mengepakkan sayap
aksi juga pekikan barusan di
eea
ng, pekikannya tadi dimaksudkan tuk mengulur hal tersebut. Mengalihkan perhatian tuka
pa
tangan hendak melempari si elang. "Ini cuma salah paham." Aku menjelaskan situasi sebenarn
ereka agak melunak. Kami sepakat dengan satu koin emas sebagai kompensasi, lima ka
mu
Jelas menurutku ini sebuah pemerasan, tapi saat melihat si elang mengelus bulu si domba dengan ujung cakarnya p
*