icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 7
Tidak Perlu Sombong
Jumlah Kata:709    |    Dirilis Pada: 05/05/2023

Tamara mendongak dan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tetapi setelah memikirkannya kembali, dia menutup mulutnya.

Satya memelototinya dengan wajah marah dan membukakan pintu untuknya.

Namun, Tamara tidak bergerak untuk masuk. Melihatnya masih berdiri diam, Aryani sedikit mendorongnya dan mendesak, "Tamara, tunggu apa lagi? Masuklah ke dalam mobil!"

Tamara menarik napas dalam-dalam dan tersenyum pada Aryani. "Nenek, ini sudah larut. Nenek seharusnya tidak keluar saat ini. Masuklah dan aku akan memberi tahu Nenek ketika kami sudah di rumah."

Rencana Tamara sederhana. Begitu Aryani kembali ke dalam rumah, dia akan pergi dengan berjalan kaki dan menelepon taksi untuk menjemputnya.

Sepertinya dia harus segera membeli mobil untuk dirinya sendiri agar bisa menghindari situasi seperti ini.

Satya berdiri di sana dengan ekspresi wajah datar dan tidak mengatakan apa-apa.

"Aku akan masuk setelah kalian pergi. Sekarang, masuklah ke mobil agar aku bisa kembali ke dalam," ucap Aryani sambil tersenyum seolah bisa membaca pikiran Tamara.

Tamara masih ragu-ragu sementara Satya kehilangan kesabarannya dan mendesak, "Masuk saja ke mobil!"

Tamara menghela napas tanpa daya dan masuk. Satya menutup pintu dan menoleh ke neneknya. "Nenek bisa kembali sekarang."

"Masuk ke mobil sekarang dan jangan memerintahku!" bentak Aryani dengan tidak sabar padanya.

Nada suaranya mengejutkan Satya.

Bagaimana beliau bisa memperlakukan mereka berdua dengan begitu berbeda?

Beliau adalah neneknya! Bukan nenek Tamara!

Namun, dia tidak bisa melawan kata-katanya, jadi dia masuk ke mobil dan pergi.

Di dalam mobil begitu hening sehingga mereka bisa mendengar napas satu sama lain.

Tamara tidak ingin berbicara dengan Satya atau bahkan berada di dekatnya. Jadi, begitu mobil berbelok di tikungan dan dia yakin Aryani tidak bisa melihat mereka lagi, dia berkata dengan dingin, "Hentikan mobilnya!"

Satya memandangnya dengan tatapan jijik. "Kenapa? Mau ke mana kamu? Apa ada pria yang sedang menunggumu di suatu tempat?"

Tamara menggelengkan kepalanya dengan mengejek dan tertawa. "Aku bilang hentikan mobilnya. Apa kamu berubah pikiran tentang perceraian kita dan menginginkanku kembali?"

Itu sudah cukup untuk membuat Satya berhenti. Dia menginjak rem dengan tiba-tiba dan mobil berhenti seketika.

Melihat Satya dengan wajah marah hendak mengatakan sesuatu, Tamara tersenyum tipis dan menyelanya. "Dengar, Satya, jika kamu ingin menceraikanku, lakukan dengan cepat. Aku mungkin berubah pikiran dan menghalangi kalian berdua untuk menikah. Jadi kusarankan kamu untuk bergegas."

Tidak lama setelah menyelesaikan kata-katanya, Tamara meletakkan tangannya di pegangan untuk membuka pintu, tetapi kemudian dia mengerutkan kening. Pintunya terkunci.

Dia berbalik untuk menatap pria itu dengan mengerutkan alis dan bertanya, "Apa maksudmu?"

Satya mencibir dan bertanya, "Apa menurutmu Nenek akan selalu berada di pihakmu?"

"Benar saja, kamu selalu mengira aku menjelek-jelekkanmu di hadapan Nenek." Tamara menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Tapi apa itu penting? Yang penting bagimu saat ini adalah mengeluarkanku dari hidupmu, kan? Dengar, Satya, beri aku tanggal yang pasti agar kita bisa menyelesaikan ini. Kapan kita akan menyelesaikan perceraian?"

Satya tidak menjawab pertanyaannya. "Apa kamu ingin Nenek mengetahuinya ketika kita bercerai?"

"Satya, kamu harus mengambil keputusan," ucap Tamara dengan tidak sabar. "Jika kamu takut pada segalanya, kita tidak akan pernah bisa menyelesaikan perceraian ini. Tetapkan keputusanmu. Apa kamu ada waktu besok?"

Satya memalingkan muka dan berkata dengan dingin, "Aku sudah bilang akan meminta seseorang menghubungimu jika aku ada waktu. Sekarang keluar dari mobilku!"

"Oh yang benar saja, kuharap kamu tidak mengira aku ingin berada di mobilmu. Tidak perlu sombong karena aku benci berada di sini bahkan untuk satu detik pun," balas Tamara dan segera keluar dari mobil.

Kali ini pintunya tidak dikunci. Dia sengaja membiarkan pintu terbuka dan menggoda pria itu sambil tersenyum, "Selamat tinggal, Pak Satya."

"Tamara!" teriak Satya melalui gigi terkatup.

Namun, Tamara tidak peduli. Dia mencibir dan berbalik tanpa menoleh ke belakang. Kemudian dia menghilang menuruni gunung, mengambil jalan yang hanya bisa dilalui satu orang.

Dua jam kemudian, Satya kembali ke perusahaan.

Ponselnya berdering dan dia menjawab setelah dering pertama seolah-olah dia telah menantikan panggilan telepon itu.

"Pak Satya, saya mengikuti Tamara menuruni gunung, tapi saya tidak melihat siapa pun dan dia tidak melakukan sesuatu yang mencurigakan," lapor orang di ujung telepon.

Mendengar ini, wajah Satya menjadi muram.

Dia sangat marah karena Tamara sengaja membuatnya kesal tadi.

"Jangan awasi dia lagi!" perintah Satya tiba-tiba.

Pria itu tertegun sejenak, tetapi dia dengan cepat sadar kembali dan berkata, "Baik."

Setelah itu, Satya menutup telepon dengan kesal. Dia tidak ingin mendengar apa pun yang berhubungan dengan Tamara lagi. Hal itu hanya akan membuatnya marah.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Mengakhiri Pernikahan2 Bab 2 Jual Mahal3 Bab 3 Trik Apa yang Kamu Mainkan 4 Bab 4 Satya Merasa Kesal5 Bab 5 Tidak Tahu Bagaimana Menghargaimu6 Bab 6 Bukan Pria Terhormat7 Bab 7 Tidak Perlu Sombong8 Bab 8 Istri Saingan9 Bab 9 Syarat Tambahan10 Bab 10 Tidak Merasakan Hal yang Sama11 Bab 11 Menjadi Pusat Perhatian12 Bab 12 Bukannya Aku yang Tidak Menginginkannya13 Bab 13 Suara yang Familier14 Bab 14 Aku Adalah Istrimu 15 Bab 15 Anda Amat Santai16 Bab 16 Mendapatkan Akta Cerai17 Bab 17 Saya Melihat Lalat18 Bab 18 Aku Jatuh Karena Ceroboh19 Bab 19 Kembali Jatuh Cinta padanya20 Bab 20 Kami Telah Bercerai21 Bab 21 Tidak Ditakdirkan untuk Bersama22 Bab 22 Pria Tua Jahat Ini Selalu Merusak Hal-hal Baik!23 Bab 23 Membuktikan Bahwa Pria Itu Salah24 Bab 24 Aku Telah Meninggalkan Pria Jahat Itu25 Bab 25 Dikalahkan oleh Seorang Wanita26 Bab 26 Pembuat Onar27 Bab 27 Selesaikan Perceraian Kita28 Bab 28 Perdebatan Sengit di Internet29 Bab 29 Jangan Jatuh ke Dalam Perangkapnya30 Bab 30 Malam-Malam Begini31 Bab 31 Pezina32 Bab 32 Wajahnya Menjadi Muram33 Bab 33 Hanya Itu 34 Bab 34 Sesuatu Pasti Telah Terjadi di Antara Mereka35 Bab 35 Apa Kamu Akan Pergi ke Pesta 36 Bab 36 Kamu Sudah Gila!37 Bab 37 Akhirnya Pesta Tiba38 Bab 38 Aku Tidak Akan Pergi dari Sisimu39 Bab 39 Mereka Hanya Mengarangnya40 Bab 40 Pertunjukan yang Bagus Dimulai!41 Bab 41 Aku Tahu Kamu Sangat Marah Sekarang42 Bab 42 Dia Sungguh Cantik43 Bab 43 Kamu Tidak Bisa Kembali Lagi44 Bab 44 Apa Ini Kejutan 45 Bab 45 Pembuat Masalah46 Bab 46 Karakter Utama Hari Ini47 Bab 47 Memanggil Saya Nona Tamara48 Bab 48 Kompensasi49 Bab 49 Sedih dan Lelah50 Bab 50 Perintah Angkuh51 Bab 51 Aku Akan Mengabulkan Keinginanmu52 Bab 52 Seorang Wanita Bekas53 Bab 53 Menjepitnya ke Dinding54 Bab 54 Apa Dia Membalas Keluarga Pranata 55 Bab 55 Bebas dari Belenggu56 Bab 56 Jangan Menurunkan Dirimu ke Tingkatnya57 Bab 57 Terlalu Sombong untuk Berkompromi58 Bab 58 Dia Hanya Seekor Anjing Liar Sekarang59 Bab 59 Kuharap Ini Bukan Pria Itu Lagi60 Bab 60 Kamu Akan Segera Bertemu Irma61 Bab 61 Pergi ke Firma Hukum62 Bab 62 Aku Seharusnya Tidak Pernah Pergi63 Bab 63 Apa Aku Akan Mengalami Hal yang Sama 64 Bab 64 Kenapa Kamu Begitu Menjauhiku 65 Bab 65 Apa Aku Bilang Kamu Boleh Pergi 66 Bab 66 Betapa Menyebalkannya Dirimu67 Bab 67 Aku Akan Menjaga Tamara dengan Baik68 Bab 68 Aku Tidak Pernah Bercanda denganmu69 Bab 69 Hatiku Sudah Mati70 Bab 70 Kenapa Kamu Pikir Aku Akan Memercayaimu 71 Bab 71 Pria Ini Sedang Mempermainkannya72 Bab 72 Aku Tidak Punya Ayah73 Bab 73 Itu Salahnya Sendiri74 Bab 74 Apa yang Kamu Tahu !75 Bab 75 Kamu Tidak Perlu Meminta Maaf76 Bab 76 Siapa yang Menjebaknya 77 Bab 77 Merasa Kasihan78 Bab 78 Beraninya Kamu Mengatakan Omong Kosong Semacam Itu 79 Bab 79 Kamu Akan Menyesalinya80 Bab 80 Hanya Dia yang Boleh Bersamanya81 Bab 81 Mereka Keterlaluan!82 Bab 82 Tidak Berjalan Seperti yang Diharapkan83 Bab 83 Uang Dua Kali Lipat84 Bab 84 Dia Tidak Akan Berbelas Kasih85 Bab 85 Kita Lihat Saja di Pengadilan86 Bab 86 Bersiap-siap untuk Menyaksikan87 Bab 87 Mungkin Akan Ada Perubahan88 Bab 88 Itu Terlalu Rumit89 Bab 89 Wanita yang Menepati Janjinya90 Bab 90 Semua Milikku Akan Menjadi Milikmu91 Bab 91 Senyum yang Provokatif92 Bab 92 Kenapa Kamu Tidak Mengajukan Banding 93 Bab 93 Kesempatanku Semakin Tipis94 Bab 94 Kamu Tidak Berhak untuk Kehilangan Kesabaran95 Bab 95 Wisteria96 Bab 96 Bukan Pembalap Biasa97 Bab 97 Takdir Menyatukan Mereka98 Bab 98 Tolong Jangan Menghubungiku99 Bab 99 Dia Tidak Ingin Berurusan dengan Mereka100 Bab 100 Aku Ingin Memberi Beliau Hadiah