icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 6
Bukan Pria Terhormat
Jumlah Kata:572    |    Dirilis Pada: 05/05/2023

Tamara menatap Aryani dengan kaget dan berpikir, 'Apa Nenek benar-benar mengetahui segalanya?'

Wanita tua itu menarik Tamara untuk duduk di sampingnya dan berusaha meyakinkannya. "Jangan khawatir, Sayang. Jika dia keluar larut malam lagi, aku akan mematahkan kakinya! Aku pasti akan menghukumnya."

Bahu Tamara langsung merosot. Ternyata Aryani membicarakan hal lain, bukan tentang perceraian mereka.

Saat Aryani melihat ekspresi Satya yang sedingin es, dia lalu bertanya dengan marah, "Kenapa kamu menatap Tamara seperti itu? Apa kamu marah karena aku menyuruhmu untuk mengajaknya makan malam di sini?"

Setelah menahan sikap dinginnya, Satya menjawab dengan suara lembut yang tidak seperti biasanya, "Mana mungkin aku berani?"

"Hmph! Apa yang tidak berani kamu lakukan, hah? Kamu itu semakin tua, kenapa aku masih belum punya cicit? Jika kamu tidak mau mengecewakanku, berikan aku cicit."

Begitu Aryani bergerak untuk berdiri, Tamara buru-buru membantunya.

Satya cemberut dan melirik Tamara.

Sebelum mereka tiba, pelayan sudah meletakkan berbagai hidangan di atas meja.

Aryani berjalan menuju meja dengan dibantu Tamara, lalu dia berkata, "Ayo kita makan. Jika dia tidak mau, dia bisa pergi dan tidak datang lagi ke sini kelak."

Satya mengatupkan bibir menjadi garis tipis. Dia tidak mengatakan apa-apa saat duduk di hadapan mereka.

Aryani begitu antusias mengisi piring Tamara dengan makanan. Seolah-olah Tamara adalah cucunya sendiri dan Satya-lah cucu menantunya.

Segera saja, dia dan Tamara mulai makan.

Sementara itu, Satya diabaikan. Setelah makan beberapa suap, dia menoleh pada Aryani dan bertanya, "Nenek, kenapa tiba-tiba Nenek ingin bertemu kami?"

"Sudah lama sejak kalian datang mengunjungiku." Begitu matanya tertuju pada Satya, Aryani kembali teringat bahwa cucunya itu telah memperlakukan Tamara dengan buruk dan ini membuatnya kesal. "Pertanyaan macam apa itu? Apa aku tidak boleh meminta kalian datang ke sini untuk menemaniku? Aku hampir selalu sendirian di rumah karena kakekmu sering melakukan perjalanan bisnis."

Satya kembali terdiam. Akhirnya, dia terus makan dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Namun, itu sudah terlambat. Aryani sudah terlalu lelah untuk menenangkan diri. Dia membanting tangannya ke atas meja dan memarahi, "Apa aku harus mengingatkanmu setiap saat bahwa Tamara adalah istrimu, hah? Kamu harus mengurusnya, bukannya wanita jalang yang selalu kamu kunjungi di rumah sakit! Apa kamu tidak tahu bahwa tindakanmu itu bisa membuat malu Keluarga Pranata?"

Satya merengut dan memprotes, "Nenek, Brigitta sudah menyelamatkan nyawaku."

"Menyelamatkan nyawamu? Siapa pun yang memiliki mata dapat melihat bahwa itu adalah bagian dari rencananya."

Satya menatap Tamara dengan amat dingin. Tamara tersenyum datar. Dia tahu apa yang sedang berkecamuk di benak Satya saat ini. Satya pasti menyalahkannya, berpikir bahwa dialah yang memberi tahu Aryani tentang itu.

Dulu, Tamara selalu khawatir bahwa Satya akan salah paham padanya.

Akan tetapi, sekarang dia tidak peduli lagi.

"Berhenti menatap Tamara seperti itu! Bukan dia yang memberitahuku! Kamu selalu pergi ke rumah sakit dan jarang pulang. Apa kamu benar-benar mengira aku tidak akan tahu?"

Bibir Satya terkatup rapat dan dia diam saja. Aryani memarahinya sepanjang makan malam dan dia bahkan tidak mencoba memperhalus kata-katanya. Namun, entah kenapa Tamara merasakan kegembiraan yang aneh di dalam dirinya, seakan Aryani membantunya melepaskan amarahnya.

Setelah mengobrol sebentar dengan Aryani, Tamara dan Satya kemudian keluar rumah bersama. Saat ini, Tamara sedang dilanda dilema. Nenek masih belum tahu bahwa mereka telah berpisah, jadi mereka harus pergi dengan mobil yang sama. Akan tetapi, dia hanya ingin berinteraksi dengan Satya seperlunya. Perjalanan menuju rumah Keluarga Pranata sudah sangat menyebalkan.

Satya juga berhenti dan tidak bergerak untuk beberapa saat. Ini membuat Aryani berteriak, "Satya, bukakan pintu mobil untuk istrimu! Ya ampun, kamu sama sekali bukan pria terhormat!"

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Mengakhiri Pernikahan2 Bab 2 Jual Mahal3 Bab 3 Trik Apa yang Kamu Mainkan 4 Bab 4 Satya Merasa Kesal5 Bab 5 Tidak Tahu Bagaimana Menghargaimu6 Bab 6 Bukan Pria Terhormat7 Bab 7 Tidak Perlu Sombong8 Bab 8 Istri Saingan9 Bab 9 Syarat Tambahan10 Bab 10 Tidak Merasakan Hal yang Sama11 Bab 11 Menjadi Pusat Perhatian12 Bab 12 Bukannya Aku yang Tidak Menginginkannya13 Bab 13 Suara yang Familier14 Bab 14 Aku Adalah Istrimu 15 Bab 15 Anda Amat Santai16 Bab 16 Mendapatkan Akta Cerai17 Bab 17 Saya Melihat Lalat18 Bab 18 Aku Jatuh Karena Ceroboh19 Bab 19 Kembali Jatuh Cinta padanya20 Bab 20 Kami Telah Bercerai21 Bab 21 Tidak Ditakdirkan untuk Bersama22 Bab 22 Pria Tua Jahat Ini Selalu Merusak Hal-hal Baik!23 Bab 23 Membuktikan Bahwa Pria Itu Salah24 Bab 24 Aku Telah Meninggalkan Pria Jahat Itu25 Bab 25 Dikalahkan oleh Seorang Wanita26 Bab 26 Pembuat Onar27 Bab 27 Selesaikan Perceraian Kita28 Bab 28 Perdebatan Sengit di Internet29 Bab 29 Jangan Jatuh ke Dalam Perangkapnya30 Bab 30 Malam-Malam Begini31 Bab 31 Pezina32 Bab 32 Wajahnya Menjadi Muram33 Bab 33 Hanya Itu 34 Bab 34 Sesuatu Pasti Telah Terjadi di Antara Mereka35 Bab 35 Apa Kamu Akan Pergi ke Pesta 36 Bab 36 Kamu Sudah Gila!37 Bab 37 Akhirnya Pesta Tiba38 Bab 38 Aku Tidak Akan Pergi dari Sisimu39 Bab 39 Mereka Hanya Mengarangnya40 Bab 40 Pertunjukan yang Bagus Dimulai!41 Bab 41 Aku Tahu Kamu Sangat Marah Sekarang42 Bab 42 Dia Sungguh Cantik43 Bab 43 Kamu Tidak Bisa Kembali Lagi44 Bab 44 Apa Ini Kejutan 45 Bab 45 Pembuat Masalah46 Bab 46 Karakter Utama Hari Ini47 Bab 47 Memanggil Saya Nona Tamara48 Bab 48 Kompensasi49 Bab 49 Sedih dan Lelah50 Bab 50 Perintah Angkuh51 Bab 51 Aku Akan Mengabulkan Keinginanmu52 Bab 52 Seorang Wanita Bekas53 Bab 53 Menjepitnya ke Dinding54 Bab 54 Apa Dia Membalas Keluarga Pranata 55 Bab 55 Bebas dari Belenggu56 Bab 56 Jangan Menurunkan Dirimu ke Tingkatnya57 Bab 57 Terlalu Sombong untuk Berkompromi58 Bab 58 Dia Hanya Seekor Anjing Liar Sekarang59 Bab 59 Kuharap Ini Bukan Pria Itu Lagi60 Bab 60 Kamu Akan Segera Bertemu Irma61 Bab 61 Pergi ke Firma Hukum62 Bab 62 Aku Seharusnya Tidak Pernah Pergi63 Bab 63 Apa Aku Akan Mengalami Hal yang Sama 64 Bab 64 Kenapa Kamu Begitu Menjauhiku 65 Bab 65 Apa Aku Bilang Kamu Boleh Pergi 66 Bab 66 Betapa Menyebalkannya Dirimu67 Bab 67 Aku Akan Menjaga Tamara dengan Baik68 Bab 68 Aku Tidak Pernah Bercanda denganmu69 Bab 69 Hatiku Sudah Mati70 Bab 70 Kenapa Kamu Pikir Aku Akan Memercayaimu 71 Bab 71 Pria Ini Sedang Mempermainkannya72 Bab 72 Aku Tidak Punya Ayah73 Bab 73 Itu Salahnya Sendiri74 Bab 74 Apa yang Kamu Tahu !75 Bab 75 Kamu Tidak Perlu Meminta Maaf76 Bab 76 Siapa yang Menjebaknya 77 Bab 77 Merasa Kasihan78 Bab 78 Beraninya Kamu Mengatakan Omong Kosong Semacam Itu 79 Bab 79 Kamu Akan Menyesalinya80 Bab 80 Hanya Dia yang Boleh Bersamanya81 Bab 81 Mereka Keterlaluan!82 Bab 82 Tidak Berjalan Seperti yang Diharapkan83 Bab 83 Uang Dua Kali Lipat84 Bab 84 Dia Tidak Akan Berbelas Kasih85 Bab 85 Kita Lihat Saja di Pengadilan86 Bab 86 Bersiap-siap untuk Menyaksikan87 Bab 87 Mungkin Akan Ada Perubahan88 Bab 88 Itu Terlalu Rumit89 Bab 89 Wanita yang Menepati Janjinya90 Bab 90 Semua Milikku Akan Menjadi Milikmu91 Bab 91 Senyum yang Provokatif92 Bab 92 Kenapa Kamu Tidak Mengajukan Banding 93 Bab 93 Kesempatanku Semakin Tipis94 Bab 94 Kamu Tidak Berhak untuk Kehilangan Kesabaran95 Bab 95 Wisteria96 Bab 96 Bukan Pembalap Biasa97 Bab 97 Takdir Menyatukan Mereka98 Bab 98 Tolong Jangan Menghubungiku99 Bab 99 Dia Tidak Ingin Berurusan dengan Mereka100 Bab 100 Aku Ingin Memberi Beliau Hadiah