Sayang, Beri Aku Kesempatan Lagi!
Penulis:JODY ORTEGA
GenreRomantis
Sayang, Beri Aku Kesempatan Lagi!
Di dalam kafe, Monika dan Tamara duduk saling berhadapan.
"Kamu bilang kalau aku tidak bisa menerima kasus ini. Kenapa?"
Monika mengangguk dengan menyesal, sementara Tamara mengangkat alisnya dan berkata, "Katakan padaku, ini kasus seperti apa?"
"Seperti ini .…"
Kemudian, Monika menceritakan rincian kasus. Tamara mengetuk jari-jari di atas meja dengan irama yang tetap, lalu dia berkata, "Ini lumayan menarik. Siapa kedua pihak tersebut?"
"Saya ... saya rasa Anda tidak perlu mengetahuinya."
Keraguan Monika justru membuat Tamara menjadi semakin penasaran. Akhirnya, Monika menjawabnya.
"Mereka adalah dua orang paling berpengaruh di dunia korporat dan semua orang menyadari persaingan mereka. Yah, saya rasa bisa dibilang ada banyak hal yang bergantung pada hasil dari kasus ini. Orang yang membutuhkan bantuan Anda adalah Brian Maulana, sementara lawannya adalah ...."
Monika menghela napas sebelum melanjutkan, "Lawannya adalah mantan suami Anda."
Napas Tamara sedikit tercekat.
Monika kembali mendesah dengan menyesal. "Sayang sekali karena jumlah bayaran untuk kasus ini begitu besar, tapi kita benar-benar tidak dapat menerima kasus ini."
Tamara tetap diam sambil terus mengutak-atik ponselnya. Sulit untuk menebak apa yang dia pikirkan.
Monika mengira bahwa Tamara kesal, jadi dia mencoba menghiburnya. "Jangan khawatir. Dengan ketenaran Anda, Anda bisa dengan mudah mendapatkan uang begitu Anda mulai bekerja lagi. Omong-omong, apa kalian berdua benar-benar bercerai?"
Tamara mengangguk dan menjawab, "Dia sudah keluar dari hidupku, jadi aku bisa kembali menjalani hidupku sendiri.
Monika merasa lega ketika dia melihat betapa seriusnya Tamara. "Memang sudah saatnya Anda menyadari bahwa dia tidak pantas untuk Anda. Anda sudah melakukan banyak hal untuknya, tapi dia memperlakukan Anda dengan buruk sebagai balasannya. Untung saja Anda akhirnya meninggalkannya."
Saat mereka berbicara, Tamara memperhatikan dua orang yang tampak familier berjalan ke dalam kafe. Langsung saja, raut wajahnya berubah muram.
Salah satu dari mereka adalah seorang pria. Pria itu mengenakan setelan hitam dengan kancing manset perak yang berkilau setiap kali terkena cahaya.
Di sampingnya ada seorang wanita berbaju putih. Saat dia berjalan, rambut hitamnya bergoyang dengan setiap langkahnya. Wanita itu tak lain adalah Brigitta Latif, sepupu Tamara.
Tamara mencibir di dalam hati. Begitu Satya meminta bercerai, pria itu tidak membuang waktu untuk mengajak sepupunya berkencan. Lebih parah lagi, dia bahkan bertemu mereka di sini. Betapa kecilnya dunia ini.
Monika mengernyit bingung dan mengikuti pandangan Tamara. Kemudian, wajahnya berubah muram. "Mereka sedang apa di sini?"
Suara Monika cukup lantang untuk didengar Satya. Ketika Satya berbalik dan melihat kedua wanita itu, dalam sekejap wajahnya berubah dari tenang menjadi agresif.
Tadi malam, Tamara menandatangani namanya di perjanjian perceraian tanpa menunjukkan keragu-raguan. Selain itu, wanita tersebut tidak menerima vila yang diberikannya. Satya mengira mereka tidak akan pernah bertemu lagi, tetapi di sinilah mereka. Apa dia sedang jual mahal dengannya?
Tamara menatap mata Satya, tetapi kemudian dia segera mengalihkan pandangannya. Dia menoleh pada Monika dan memintanya untuk pergi bersamanya.
Namun, tiba-tiba terdengar suara manis yang memanggil namanya. "Tamara, kamu juga di sini!"
Brigitta mendekati mereka sambil tersenyum lembut. Matanya melebar dengan kepolosan saat menatap mereka.
Tamara tertawa di dalam hati. Brigitta selalu berpura-pura sebagai gadis yang lemah lembut dan penurut, tetapi nyatanya dia tidak seperti itu. Baru-baru ini, wanita ini mengiriminya foto yang tak terhitung jumlahnya karena dia tidak sabar untuk memamerkan hubungan intimnya dengan Satya.
Tamara hanya tersenyum tipis dan berkata, "Sepupuku sayang, rupanya kamu sudah keluar dari rumah sakit. Sungguh menakjubkan kamu bisa berjalan begitu cepat setelah terbaring di tempat tidur selama tiga tahun. Kurasa ini yang mereka sebut sebagai keajaiban medis, ya?"
Tiba-tiba, orang-orang di sekitar mereka mulai melirik ke arah mereka.
Brigitta bingung untuk sesaat, tetapi dia dengan cepat menenangkan diri. Dia menoleh pada Satya dan tersenyum hangat. "Dokter bilang bahwa aku sembuh dengan cepat karena Satya merawatku dengan sangat baik selama tiga tahun terakhir."
Tatapan Tamara beralih pada Satya. "Aku tidak tahu bahwa mantan suamiku mampu menciptakan keajaiban medis. Kamu seharusnya mengejar karier di bidang kedokteran. Kamu pasti luar biasa dalam hal itu."
Setelah mendengar kata-kata Tamara, para penonton mulai saling berbisik.
"Mantan suami? Apa itu berarti wanita berbaju putih itu sebenarnya adalah wanita simpanan? Ternyata dia juga sepupu mantan istrinya."
"Ya ampun! Wanita simpanan itu bahkan berani pamer di depan mantan istrinya. Apa dia tidak tahu malu?"
Bayangan emosi melintas di wajah Satya. "Tamara, kamu telah menggangguku selama bertahun-tahun dan sekarang, kamu jual mahal denganku? Aku beri tahu ya, jangan muncul di hadapanku lagi atau kamu akan menyesal."
Menekan amarahnya, Tamara tertawa kecil. "Menyesal? Memangnya bagaimana kamu akan membuatku menyesal?"